Suara.com - Beberapa waktu lalu, China mulai menerapkan tes swab Covid-19 melalui anus atau juga dikenal dengan tes swab anal. Selain diberikan untuk warganya, beberapa kota di China mensyaratkan anal swab (usap lubang anus) untuk tes Covid-19 kepada para wisatawan.
Hal tersebut memicu sejumlah protes dari berbagai warga negara. Seperti misalnya beberapa hari lalu pejabat Jepang mengeluhkan, beberapa warganya yang tiba di Jepang harus mengalami tes tersebut, dan berimbas pada psikologi mereka.
Selanjutnya, pada Februari lalu diplomat Amerika Serikat (AS), mengaku diminta mengambil tes yang sama, yang akhirnya menyampaikan keluhannya ke Departemen Luar Negeri AS.
"Departemen luar negeri tidak pernah setuju untuk tes ini, dan protes disampaikan ke Kementarian Luar Negeri, ketika beberapa staf harus menjalani tes ini," ujar salah seornag Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, mengutip Live Science, Sabtu (6/3/2021).
Baca Juga: 5.680 Warga Batam Sembuh COVID-19
Belum jelas, ada berapa banyak wisatawan internasional yang diminta melakukan tes tersebut. Namun pemerintah Beijing dan Shanghai membenarkan jika beberapa pendatang perlu menjalani tes Covid-19.
Menurut beberapa dokter di China, Covid-19 tanpa gejala, atau hanya mengembangkan gejala ringan, virus kerap tidak terlalu terdeteksi di tenggorokan atau hidung. Namun menurut para dokter ini, virus bisa lebih lama bertahan di tinja, dibanding tenggorokan atau hidung.
"Beberapa pasien tanpa gejala atau bergejala ringan bisa cepat sembuh dari Covid-19, dan untuk itu kemungkinan virus tidak terdeteksi di tenggorokan, sehingga swab PCR tidak efektif untuk orang-orang ini," terang Dokter Li Tongzeng, Ahli Penyakit Menular China.
Pada Januari 2021 lalu, beberapa warga China sudah menjalani anal swab tes Covid-19, yaitu 1.000 siswa dan guru di sebuah sekolah di Beijing.