Studi: Perempuan Diabetes Tipe 1 Menstruasi Lebih Lambat dan Menopause Dini

Sabtu, 06 Maret 2021 | 09:43 WIB
Studi: Perempuan Diabetes Tipe 1 Menstruasi Lebih Lambat dan Menopause Dini
ilustrasi menopause yang dialami perempuan. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Perempuan dengan diabetes tipe 1 mungkin mengalami menstruasi lebih telat dan menopause lebih awal. Hal ini dinyatakan dalam sebuah penelitian yang disusun oleh para peneliti dari University of Pittsburgh.

Melansir dari Medical Xpress, hormon insulin memainkan peran penting dalam mengatur fungsi reproduksi perempuan. Dalam hal ini, penderita diabetes tipe 1 tidak membuat cukup insulin sendiri.

Untuk mengetahui hubungan antara diabetes tipe 1 dan reproduksi perempuan, para peneliti mengamati hampir 300 perempuan. Mereka membandingkannya dengan perempuan dengan diabetes tipe 1 dan yang tidak menderita diabetes.

Temuan menunjukkan bahwa dibandingkan dengan perempuan tanpa diabetes, mereka dengan tipe 1 mulai menstruasi lebih lambat dan memasuki menopause lebih awal. Para peneliti mengatakan kondisi ini terjadi karena kekurangan insulin dan kadar gula darah yang tinggi mengganggu fungsi normal sistem reproduksi perempuan.

Baca Juga: 5 Diet Terbaik Perempuan Menopause untuk Menurunkan Berat Badan

Penulis penelitian mencatat bahwa temuan ini hanya berlaku untuk perempuan yang didiagnosis dengan diabetes tipe 1 sebelum mereka mulai mengalami menstruasi.

"Selain itu, diperlukan lebih banyak penelitian untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat dimodifikasi untuk meningkatkan kesehatan reproduksi mereka," penulis studi Yan Yi, dari University of Pittsburgh, dan rekannya.

Penemuan ini dipublikasikan secara online pada 1 Maret di Menopause, jurnal dari North American Menopause Society (NAMS).

Ilustrasi diabetes. (Shutterstock)

"Studi ini menemukan bahwa perempuan dengan diabetes tipe 1 sebelum menstruasi pertama berisiko lebih tinggi memiliki waktu produktif dalam hal reproduksi yang lebih singkat," kata Dr. Stephanie Faubion, direktur medis NAMS.

"Memahami risiko ini dan menargetkan strategi pengurangan risiko yang tepat adalah kunci untuk mengoptimalkan kesehatan dan kualitas hidup para perempuan ini," tambahnya.

Baca Juga: Cinta Tidak Perlu Dibuktikan dengan Bercinta, Begini Penjelasan Pakar

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI