Studi: Puasa Intermiten Tak Efektif Pangkas Lemak Perut

Jum'at, 05 Maret 2021 | 16:10 WIB
Studi: Puasa Intermiten Tak Efektif Pangkas Lemak Perut
Ilustrasi puasa intermiten (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Puasa intermiten, atau diet dengan makan pada jam tertentu, telah populer sejak beberapa tahun lalu. Selain menurunkan berat badan, diet tentu bertujuan mengurangi kadar lemak dalam tubuh. 

Tetapi, penelitian terbaru membuktikan bahwa puasa intermiten tidak efektif untuk memangkas lemak yang ada di perut. Studi dilakukan oleh para peneliti University of Sydney di Australia dan telah terbit di jurnal Cell Reports. 

Para peneliti menemukan bahwa lemak perut visceral, jaringan lemak di sekitar organ termasuk perut, sangat resisten untuk melepaskan energi selama puasa intermiten. Dengan kata lain, jenis lemak ini masuk ke dalam mode pengawetan untuk melindungi energinya dalam mengantisipasi periode puasa berikutnya.

Penelitian dilakukan terhadap tikus dan para peneliti memeriksa jenis jaringan lemak dari lokasi yang berbeda untuk memahami efek puasa.

Baca Juga: Awas! Diet Tinggi Lemak Bisa Picu Serangan Jantung

Sukses diet turun berat badan 5 kg punya banyak manfaat. (Shutterstock)
Puasa intermiten. (Shutterstock)

"Dua jenis lemak visceral dan lemak subkutan (berada tepat di bawah kulit dan berhubungan dengan kesehatan metabolisme yang lebih baik) mengalami perubahan dramatis selama puasa intermiten," kata Dr. Larance, penulis studi senior, dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Fox News.

Selama berpuasa, jaringan lemak berperan sebagai sumber energi bagi tubuh dengan cara melepaskan molekul asam lemak. Para peneliti menemukan bahwa visceral menjadi resisten terhadap pelepasan energi selama periode puasa itu.

"Menunjukkan bahwa lemak visceral dapat beradaptasi dengan puasa berulang dan melindungi penyimpanan energinya," imbuh Larance. 

Jenis adaptasi ini kemungkinan yang menjadi penyebab lemak visceral bisa tahan terhadap penurunan berat badan meski telah diet lama. 

Tikus digunakan dalam penelitian karena fisiologi mereka mirip dengan manusia. Namun, metabolismenya jauh lebih cepat, yang memungkinkan para peneliti mengamati perubahan dalam waktu yang lebih cepat.

Baca Juga: Diet Ketat Bisa Jadi Penyebab Kerusakan Ginjal, Begini Kata Ahli

Larance menekankan bahwa penelitian itu berfokus pada puasa intermiten. Hasilnya mungkin tidak sama untuk program diet berbeda, seperti diet 5: 2 (puasa 2 hari dari 7 hari) atau pembatasan kalori.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI