7 Pola Pikir yang Menandakan Anda Mengidap Distimia

Kamis, 04 Maret 2021 | 19:20 WIB
7 Pola Pikir yang Menandakan Anda Mengidap Distimia
Ilustrasi Depresi dan distimia. (Pixabay)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Distimia merupakan masalah kejiwaan turunan dari depresi, yang biasa juga disebut sebagai persistent depressive disorder.

Distimia adalah bentuk kronis jangka panjang dari gejala depresi, seperti kehilangan ketertarikan yang normal aktivitas sehari-hari, merasa tidak ada harapan, produktivitas berkurang, harga diri yang rendah, dan perasaan yang tidak layak bagi siapapun.

Dalam pengantar buku I Want To Die But I Want To Eat Tteokpokki tulisan Baek Se Hae, dr. Jiemi Ardian Sp.KJ, mengatakan adanya pola pikir bagi seorang yang memiliki gejala depresi dan distimia.

Apa saja? berikut pola pikir yang telah dirangkum oleh Suara.

Baca Juga: Studi: Depresi dan Kecemasan Meningkat pada Mahasiswa Baru selama Pandemi

Black And White Thinking

Seseorang cenderung melihat sesuatu dengan 100 persen hitam dan 100 persen putih. Bahkan tidak ada abu-abu dan warna yang lain. Hal ini menyorot pola pikir secara terpolarisasi, saat dalam keadaan depresi.

Overgenerallization

Seseorang yang berada di kondisi ini, ketika menghadapi masalah yang terjadi, disebabkan oleh kesalahannya sendiri. Seperti jika teman yang menjauh, merupakan kesalahannya, bahkan rasa kesepian, dan juga kegagalan.

Fortune Telling

Baca Juga: Awas, Cemas dan Depresi Bikin Risiko Alzheimer Makin DIni

Seseorang cenderung membayangkan masa depan dalam bayangan yang buruk. Seperti masa depannya akan sia-sia, juga pekerjaan yang akan digantikan oleh orang lain.

Mind Reading

Dalam pola pikir ini, seseorang bisa membayangkan isi pikiran orang lain. Seperti seseorang yang berbicara dengan netral, dianggap sebagai ungkapan yang merendahkan, bahkan menghina.

Emotional Reasoning

Seseorang cenderung menggunakan emosinya saat menghadpai masalah. Seperti merasa cemburu kepada pasangan, merasa ditolak, bahkan diabaikan lingkungan sosial.

Disqualifying The Positive

Pola pikir ini, seseorang memandang peristiwa dengan pandangan yang negatif. Jika ada peristiwa yang positif, dianggap sebagai peristiwa yang sama saja. Untuk pola pikir ini, seseorang sulit untuk memandangnya dengan cara yang positif.

Ambivalensi

Pola pikir ini menyorot seseorang yang ingin melakukan bunuh diri, tapi di saat yang bersamaan tetap ingin melanjutkan hidup. Selain itu, jika berhadapan dengan seseorang yang baik, saat yang bersamaan juga menjauhinya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI