Suara.com - Ditemukannya mutasi virus corona B.1.1.7 di Karawang, Jawa Barat beberapa hari lalu, menurut mantan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan Prof. Tjandra Yoga Aditama, Indonesia harus berkaca dari Inggris.
Inggris adalah negara tempat pertama kali mutasi B.1.1.7 dan langsung melaporkan kepada Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO pada Desember 2020 lalu, juga diumumkan langsung oleh Perdana Menteri Inggris.
"Pemerintah Inggris sampai sengaja membentuk suatu badan khusus untuk mempelajari mutasi ini, karena mereka anggap amat penting. Badan itu adalah New and Emerging Respiratory Virus Threats Advisory Group (NERVTAG) on SARS-CoV-2 variant B.1.1.7'," ujar Prof. Tjandra melalui keterangannya, Selasa (3/3/2021).
Menurut lelaki yang juga Direktur Sekolah Pasca Sarjana Universitas YARSI itu, setidaknya ada 5 dampak dengan adanya mutasi virus corona yang sudah beredar di beberapa negara itu, termasuk Indonesia. Dampaknya sebagai berikut:
1. Pengaruh diagnosis medis

Beruntung, meski ilmuwan mengakui jika ada perubahan pada antena atau spike virus corona lama dan varian B.1.1.7, karena adanya mutasi. Tapi bisa dipastikan tes Covid-19 menggunakan polymerase chain reaction (PCR), tetap bisa mendeteksi mutasi B.1.1.7 ini.
2. Pengaruhi lama cepat penularan virus
Dari beberapa penelitian, termasuk di antaranya di Inggris, mutasi B.1.1.7 terbukti bisa menularkan lebih cepat dari virus corona lama, bahkan disebut 70 persen menular lebih cepat.
"Sebagian data menyebutkan penularannya dapat sampai 30 persen hingga 50 persen lebih sering," terang Prof. Tjandra.
Baca Juga: Lewat Sidak, Bupati Tamba Temukan Warga Positif Covid Belum Dapat Bantuan
3. Tingkat keparahan penyakit