5 Fakta Mutasi Baru Corona B117 yang Ditemukan di Indonesia, Lebih Parah?

Kamis, 04 Maret 2021 | 11:19 WIB
5 Fakta Mutasi Baru Corona B117 yang Ditemukan di Indonesia, Lebih Parah?
Penampakan Virus Corona baru atau COVID-19 [NIAID flickr].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ditemukannya mutasi virus corona B.1.1.7 di Karawang, Jawa Barat beberapa hari lalu, menurut mantan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan Prof. Tjandra Yoga Aditama, Indonesia harus berkaca dari Inggris.

Inggris adalah negara tempat pertama kali mutasi B.1.1.7 dan langsung melaporkan kepada Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO pada Desember 2020 lalu, juga diumumkan langsung oleh Perdana Menteri Inggris.

"Pemerintah Inggris sampai sengaja membentuk suatu badan khusus untuk mempelajari mutasi ini, karena mereka anggap amat penting. Badan itu adalah  New and Emerging Respiratory Virus Threats Advisory Group (NERVTAG) on SARS-CoV-2 variant B.1.1.7'," ujar Prof. Tjandra melalui keterangannya, Selasa (3/3/2021).

Menurut lelaki yang juga Direktur Sekolah Pasca Sarjana Universitas YARSI itu, setidaknya ada 5 dampak dengan adanya mutasi virus corona yang sudah beredar di beberapa negara itu, termasuk Indonesia. Dampaknya sebagai berikut:

Baca Juga: Lewat Sidak, Bupati Tamba Temukan Warga Positif Covid Belum Dapat Bantuan

1. Pengaruh diagnosis medis

Ilustrasi virus Corona Covid-19. (Shutterstock)
Ilustrasi virus Corona Covid-19. (Shutterstock)

Beruntung, meski ilmuwan mengakui jika ada perubahan pada antena atau spike virus corona lama dan varian B.1.1.7, karena adanya mutasi. Tapi bisa dipastikan tes Covid-19 menggunakan polymerase chain reaction (PCR), tetap bisa mendeteksi mutasi B.1.1.7 ini.

2. Pengaruhi lama cepat penularan virus

Dari beberapa penelitian, termasuk di antaranya di Inggris, mutasi B.1.1.7 terbukti bisa menularkan lebih cepat dari virus corona lama, bahkan disebut 70 persen menular lebih cepat.

"Sebagian data menyebutkan penularannya dapat sampai 30 persen hingga 50 persen lebih sering," terang Prof. Tjandra.

Baca Juga: Tinggal 20 Pasien COVID-19 Yang Masih Dirawat di RS Lapangan Bogor

3. Tingkat keparahan penyakit

Tingkat keparahan sakit Covid-19 yang disebabkan virus corona lama dan mutasi B.1.1.7 disebut berbeda, yaitu B.1.1.7 disebutkan meningkatkan risiko kematian, namun sayangnya hal ini perlu diteliti lebih jauh.

"Tetapi ada juga pendapat lainnya. Pada 11 Februari 2021 NERVTAG menyampaikan laporan resmi yang menyebutkan bahwa walaupun mungkin ada potensi kelemahan dalam sistem pengumpulan data," terang Prof. Tjandra.

"Tetapi ada bukti dari beberapa analisa data bahwa mutasi  B.1.1.7 nampaknya berhubungan dengan peningkatan risiko pasien harus dirawat di rumah sakit dan bahkan juga kematian," sambungnya.

4. Dampak pada vaksin yang berhasil ditemukan

Ilustrasi vaksin Covid-19 (unsplash/@hakannural)
Ilustrasi vaksin Covid-19 (unsplash/@hakannural)

Beruntung hingga saat ini belum ada laporan atau penelitian lebih lanjut, jika vaksin yang berhasil dibuat tidak ampun melawan mutasi B.1.1.7.

"Jadi vaksin yang ada, masih tetap dapat bermanfaat sesuai nilai efikasinya," ungkapnya.

5. Berpotensi menggabungkan mutasi

Saat ini sudah ada beberapa mutasi virus corona yang ditemukan, seperti Inggris ditemukan B.1.1.7 dan Afrika Selatan ditemukan mutasi B.1351. Nah mutasi-mutasi ini dikhawatirkan bisa bergabung dan menghasilkan varian lain yang berpotensi lebih membahayakan, karena membuat pandemi jadi tidak berkesudahan.

"Kita semua juga perlu waspada terhadap kemungkinan mutasi ganda seperti ini," pungkas Prof. Tjandra. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI