Dr Ayton mengatakan ketidakpastian selama pandemi virus corona ini akan memicu kecemasan di antara orang yang mengalami atau memiliki gangguan makan.
"Kecemasan ini membuat orang-orang membeli banyak barang atau bahan makanan yang bisa bertahan lama. Beberapa makanan ini, termasuk pasta atau biskuit yang bisa menjadi makanan pemicu bagi orang dengan gangguan makan atau bulimia," jelasnya.
Data bulan Desember 2020 oleh NHS Inggris menunjukkan perawatan medis pada pasien gangguan makan meningkat sebesar sepertiga dalam dua tahun terakhir.
Sepanjang tahun 2019 hingga 2020, tercatat ada 21.794 kasus gangguan makan. Artinya, kasus ini naik 32 persen dari 2 tahun sebelumnya dan pasien di bawah usia 18 tahun juga naik seperlima.
Selain itu, hampir setengah dari 418 kasus gangguan makan anak-anak usia 10 hingga 12 tahun adalah perempuan dengan anoreksia.
Di beberapa daerah di negara itu, Dr Ayton mengatakan perawatan bagi mereka yang menderita gangguan makan telah dihentikan karena peraturan jarak sosial.
Saat ini terdapat sekitar 455 kasus rawat inap akibat gangguan makan pada orang dewasa di Inggris. Bahkan sebagian besar layanan medis untuk orang dewasa ini berlangsung di ruangan sempit akibat pandemi.
"Jumlah orang yangd irujuk ke rumah sakit akibat gangguan makan parah, sebagian kecil berpotensi meninggal dunia," jelasnya.
Baca Juga: Mutasi Baru Virus Corona B117 Ditemukan di Indonesia, Tantangan Makin Berat