Usai Vaksin Jadi Kebal dari Covid-19, Mitos atau Fakta?

Senin, 01 Maret 2021 | 15:15 WIB
Usai Vaksin Jadi Kebal dari Covid-19, Mitos atau Fakta?
Vaksinator menyuntikkan vaksin COVID-19 pada awak media di Hall Basket, Senayan, Jakarta, Kamis (25/2/2021). [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Banyak orang berpikir vaksin dapat bekerja seperti pelindung, yang dapat menghalangi virus untuk menginfeksi sel. Sehingga mereka berpikir bahwa akan kebal terhadap virus ketika telah divaksin. 

Tapi benarkah anggapan tersebut.  Dalam banyak kasus, seorang yang sudah divaksinasi terlindung dari penyakit, meski peluang risikonya tetap ada.

Sistem kekebalan setiap orang berbeda, jika vaksin 95 persen efektif, orang yang menerima vaksin tersebut tidak akan sakit. Dan 5 persen orang yang divaksinasi dapat terinfeksi dan jatuh sakit, namun sangat kecil kemungkinannya untuk dirawat di rumah sakit.

Dilansir dai Mdlinx, vaksinasi tidak 100% mencegah dari infeksi, namun dalam semua kasus, vaksinasi meningkatkan sistem kekebalan terhadap virus corona.

Baca Juga: 45,3 Persen Nakes Banda Aceh Telah Disuntik Vaksin Covid-19

Selain itu, penularan terjadi ketika banyaknya partikel virus dari orang yang terinfeksi masuk ke tubuh orang yang tidak terinfeksi. Secara teori, seorang yang terinfeksi virus corona berpotensi menularkannya. Tapi, vaksin akan mengurangi kemungkinan penularan tersebut.

Vaksinator menyiapkan vaksin COVID-19 yang akan disuntikkan kepada pekerja sektor pariwisata yang berada di atas kendaraan saat vaksinasi COVID-19 dengan sistem 'drive thru' di Nusa Dua, Badung, Bali, Minggu (28/2/2021). [ANTARA FOTO/Fikri Yusuf]
Vaksinator menyiapkan vaksin COVID-19 yang akan disuntikkan kepada pekerja sektor pariwisata yang berada di atas kendaraan saat vaksinasi COVID-19 dengan sistem 'drive thru' di Nusa Dua, Badung, Bali, Minggu (28/2/2021). [ANTARA FOTO/Fikri Yusuf]

Jika vaksinasi tidak sepenuhnya mencegah infeksi, secara signifikan dapat mengurangi jumlah virus yang keluar dari hidung dan juga mulut. Dan seseorang yang menularkan lebih sedikit virus cenderung tidak menularkannya ke orang lain.

Dalam studi baru-baru ini yang belum ditinjau, peneliti Israel menguji 2.897 orang yang divaksinasi untuk mengetahui tanda-tanda infeksi virus corona. Sebagian besar tidak memiliki virus yang dapat terdeteksi, namun sebagian orang yang terinfeksi memiliki seperempat jumlah virus di tubuh mereka saat orang yang tidak divaksinasi dites pada waktu yang sama.

Semakin sedikit penularan virus, semakin kecil kemungkinan penyebarannya, dan jika jumlah virus di tubuh cukup rendah, kemungkinan penularannya bisa mencapai hampir nol. Namun, para peneliti belum tahu di mana batasan itu untuk virus korona, sebab vaksin tidak memberikan perlindungan 100 persen dari infeksi.

Centers for Disease Control and Prevention merekomendasikan, agar terus memakai masker dan juga menjaga jarak setelah divaksinasi.

Baca Juga: Akhirnya! Vaksin COVID-19 Masuk Pedalaman Lebak, Medis Mulai Disuntik

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI