Suara.com - Hingga kini peneliti dan ahli kesehatan masih terus mencari cara untuk membantu penyembuhan bagi pasien Covid-19. Di Indonesia sendiri ada terapi plasma konvaselen yang disebut mampu membantu proses penyembuhan.
Baru-baru, ini terapi oksigen hiperbarik juga disebut dapat membantu penyembuhan pasien Covid-19? Tapi benarkah, dan bagaimana prosesnya?
Dalam keterangan yang diterima Suara.com, Kamis, 25/2/2021, terapi Oksigen Hiperbarik merupakan salah satu metode pengobatan melalui proses oksigen murni di dalam ruangan khusus bertekanan udara tinggi.
"Prinsip terapi pengobatan adalah membantu kinerja organ tubuh guna memperbaiki jaringan yang rusak dengan meningkatkan kapasitas aliran oksigen murni ke jaringan tubuh," ungkap Dr.dr Mendy Habitie Oley SpBP-RE ( k) dari Siloam Hospitals Manado, melalui edukasi webinar kesehatan, Selasa (23/02/2021) di kota Manado.
Baca Juga: Pengalaman Wartawan Ikut Vaksinasi Covid-19: Sempat Deg-degan Juga
Mendy menjelaskan, dalam pengembangan fungsi lainnya, terapi Oksigen Hiperbarik ini mampu membantu penyembuhan bagi pasien yang terpapar virus corona termasuk penyakit lainnya, yakani, Decompression Sickness, Infeksi, Kronis, Diabetes,Luka terbakar, hingga Penyakit pendengaran, Migrain, Neuro, cancer dan lainnya.
"Namun perlu diperhatikan kondisi pasien sebelum menjalani terapi ini, antara lain, Fobia akan ruangan tertutup, Asma, Demam, Paru kronis, Kelainan sel darah merah, Gangguan pada " Tuba Eustachius", dan Pneumothorax yang belum terobati," kata Mendy.
Sementara itu, dokter spesialis dalam Siloam Hospitals Manado, dr Christian Kawengian Sp.PD.menjelaskan berdasarkan study case series yang dilakukan, Terapi Oksigen Hiperbarik pada pasien terpapar Covid 19 mampu menghasilkan beberapa hal yakni, peningkatan Oksigenasi jaringan, anti inflamasi, modulasi stem cell, efek anti platelet/ anti trombotik, dan penurunan jumlah virus akibat ROS.
"Sementara selama terapi tersebut yang dipantau adalah EKG, Okumetriz, temperatur, tekanan darah, POZ, tekanan Cuff ETT dan tentunya AED dan paddle atau efek terbakar," tuturnya.
Dokter spesialis penyakit dalam Siloam Hospital Manado ini pun menyampaikan akan adanya efek samping yang harus diperhatikan dalam tata kelolanya, yaitu, pulmonar ( Iritasi takeobronkial), gangguan neurologi berupa ganguan visual,telinga berdenging, pusing, disorientasi, kejang, hingga menjaga agar pasien tidak mengalami penurunan kesadaran.
Baca Juga: DPR Apresiasi Kinerja BPOM Awasi Pengujian Vaksin Covid-19
"Ada sejumlah rekomendasi yang mesti dilakukan, terapi Oksigen Hiperbarik diberikan dengan pemberian "jeda" respirasi udara normal. Kemudian, penurunan durasi terapi kurang dari 2 jam setiap kalinya, pemberian tekanan dibawah ambang batas "Toksisitas Neural".
Lebih jauh, ia menyampaikan bahwa terapi Oksigen Hiperbarik meningkatkan mampu oksigenasi jaringan sehingga terjadi modulasi jaringan,Inflamasi,Mobilisasi "stem cell",Penurunan viral load, Efek anti trombotik.Terapi Oksigen Hiperbarik merupakan modalitas terapi yang dapat berpotensi untuk dimanfaatkan dalam penanganan Covid-19 dan long covid.