Studi: Depresi dan Kecemasan Percepat Demensia 2 hingga 3 Tahun Lebih Awal

Kamis, 25 Februari 2021 | 16:35 WIB
Studi: Depresi dan Kecemasan Percepat Demensia 2 hingga 3 Tahun Lebih Awal
Ilustrasi depresi (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Orang dengan kecemasan bisa mengalami demensia hingga tiga tahun lebih awal daripada orang yang tak pernah mengalaminya. Selain kecemasan, orang yang depresi juga mungkin mengalami demensia dua tahun lebih awal.

Penelitian menunjukkan bahwa beberapa masalah mental disebut bisa berpengaruh pada percepatan timbulnya penyakin demensia. Hal ini dinyatakan dalam studi yang akan dipresentasikan pada Pertemuan Tahunan ke-73 American Academy of Neurology yang diadakan pada 17-22 April 2021.

Melansir dari Medpage Today, selain gangguan kejiwaan yang paling umum seperti depresi dan kecemasan, penelitian ini juga memeriksa riwayat gangguan bipolar, gangguan stres pasca trauma (PTSD), dan skizofrenia.

Dari 1.500 orang dalam penelitian dengan penyakit Alzheimer, 43 persen memiliki riwayat depresi, 32 persen mengalami kecemasan, 1,2 persen gangguan bipolar, 1 persen PTSD, dan 0,4 persen skizofrenia.

Baca Juga: Merasa Kesepian? Rutin Menelepon selama 10 Menit Dapat Mengatasinya lho!

Penelitian juga menunjukkan bahwa kombinasi dari riwayat kesehatan mental juga berpengaruh pada percepatan munculnya gejala demensia. Dalam hal ini mereka dengan dua kondisi kejiwaan mengalami gejala 3,3 tahun lebih awal.

Sementara mereka dengan tiga atau lebih gangguan kejiwaan mengalami gejala 7,3 tahun lebih awal daripada mereka yang tidak memiliki kondisi mental.

Ilustrasi depresi
Ilustrasi depresi

"Diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami dampak gangguan kejiwaan seperti depresi dan kecemasan pada perkembangan penyakit Alzheimer (jenis paling umum penyakit demensia) dan apakah pengobatan dan pengelolaan depresi dan kecemasan dapat membantu mencegah atau menunda penyakit," kata penulis studi Zachary A. Miller, MD, dari University of California, San Francisco.

Miller menyatakan hipotesis awal mereka mengenai hubungan antara masalah kesehatan mental dan demensia adalah adanya aktivitas dalam tubuh di mana menyebabkan peradangan saraf yang lebih besar.

"Kami berhipotesis bahwa presentasi depresi pada beberapa orang mungkin dapat mencerminkan beban peradangan saraf yang lebih besar," kata Miller.

Baca Juga: Gelantungan di Jendela Lantai 20, Kronologi TNI AU Selamatkan Pasien Covid

"Sementara kehadiran kecemasan mungkin menunjukkan tingkat hipereksitabilitas neuronal yang lebih besar di mana jaringan di otak terlalu terstimulasi, berpotensi membuka target terapeutik baru untuk pencegahan demensia," imbuhnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI