Suara.com - Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mengatakan bahwa wabah flu biasa bisa menjadi permasalahan setelah sekolah kembali dibuka.
Dalam laporan yang diterbitkan di Emerging Infectious Diseases, jurnal CDC, para peneliti melihat kegiatan belajar mengajar di sekolah yang dibuka kembali di Hong Kong bisa menjadi pandangan bagi beberapa negara.
Khususnya, risiko buruk yang mungkin terjadi ketika sekolah mulai dibuka kembali saat pandemi virus corona Covid-19 belum berakhir.
Sebelumnya, kegiatan belajar mengajar sekolahan di Hong Kong tutup karena virus corona Covid-19 dari akhir Januari hingga Mei 2020.
Kemudian, sekolah dibuka kembali beberapa waktu dan ditutup lagi pada Juli 2020 di tengah lonjakan kasus virus corona Covid-19.

Artinya, ketika sekolah dan tempat penitipan anak kembali dibuka, maka kasus flu biasa akan melonjak di antara anak-anak, terlepas dari mereka sudah menggunakan masker atau tidak. Hal ini bisa terjadi meskipun mereka telah menerapkan protokol kesehatan terkait Covid-19.
Para peneliti menduga bahwa anak-anak lebih rentan terhadap rhinovirus penyebab flu biasa begitu mereka kembali masuk sekolah.
Sebab, mereka sudah menghabiskan sebagian besar tahun jauh dari orang lain di luar rumah mereka, sehingga mengurangi jumlah kemungkinan mereka harus terpapar rhinovirus dan akhirnya membangun kekebalan. Sampai akhirnya, situasi ini membantu membangun kekebalan.
"Sejumlah besar wabah flu biasa di sekolah dan pusat perawatan anak Hong Kong selama Oktober hingga November 2020 menyebabkan semua sekolah harus ditutup di semua wilayah," jelas laporan tersebut dikutip dari Fox News.
Baca Juga: Data Awal, Varian Baru Virus Corona California Lebih Menular dan Berbahaya!
Risiko mereka terkena rhinovirus meningkat selama penutupan sekolah yang berkepanjangan akibat pandemi virus corona. Selain itu, berbagai efektivitas intervensi nonfarmasi mungkin telah meningkatkan penularan virus penyebab flu.