Mereka juga menemukan hubungan antara olahraga dan risiko migrain. Sebanyak 5% orang dari kelompok tidak olahraga mengaku mengalami sakit kepala rendah (frekuensinya nol hingga empat hari per bulan) dan 48% lainnya mengalami sakit kepala parah (mengalaminya dalam 25 hari atau lebih per bulan).
Sedangkan orang dalam kelompok olahraga tinggi, sebanyak 10% mengalami frekuensi sakit kepala rendah dan 28% merasakan sakit kepala parah.
“Ada terapi baru yang tersedia untuk migrain, tapi harganya sangat mahal. Penderita migrain harus mempertimbangkan untuk melakukan banyak olahraga karena mungkin ini cara aman dan murah untuk mengelola dan meminimalkan masalah yang menyertai migrain," saran Dyess.
Penelitian akan dipresentasikan pada Pertemuan Tahunan ke-73 American Academy of Neurology pada 17 hingga 22 April mendatang.