CEK FAKTA: Vaksinasi Bikin Kasus HIV dan Kanker Naik Drastis?

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Senin, 22 Februari 2021 | 13:58 WIB
CEK FAKTA: Vaksinasi Bikin Kasus HIV dan Kanker Naik Drastis?
Petugas medis menyiapkan Vaksin COVID-19 Sinovac yang akan disuntikan kepada tenaga kesehatan di Puskesmas Duren Sawit, Jakarta, (14/1/2021). [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Beredar di media sosial, potongan gambar yang memperlihatkan klaim risiko bahaya vaksinasi Covid-19 bagi penanganan HIV dan kanker di Indonesia.

Dikutip dari Covid19.go.id, sebuah akun Instagram dengan anama dr_lois7 mengunggah cuplikan foto yang menyebut dampak vaksinasi bagi kesehatan.

Sejumlah penyakit mulai dari HIV, kanker, diabetes, hingga stroke dan autisme disebutkan sebagai dampak negatif vaksinasi flu. Berikut narasinya:

“Inilah daftar penyakit akibat semua Vaksin!! Vaksin Flu sama dgn vaksin Covid. Mereka cuma pura2 aja meneliti. Buktikan bhw setelah di vaksin maka kasus HIV dan kanker akan meledak!! Vaksin FLu Vaksin paling beracun di dunia!”

Hoaks dampak vaksinasi bagi kesehatan. (Turnbackhoax.id)
Hoaks dampak vaksinasi bagi kesehatan. (Turnbackhoax.id)

Penjelasan

Menurut laman Turnbackhoax.id, klaim tentang bahaya efek samping vaksinasi sudah terbantahkan sejak dulu.

Laman CDC Amerika Serikat misalnya, menuliskan bahwa vaksinasi tidak menyebabkan seseorang mengalami autisme. Penelitian tentang dampak autisme terhadap vaksin pun sudah resmi dinyatakan sebagai hoax oleh kalangan medis.

Sementara itu melansir laman Health Line, masalah serius yang terjadi akibat vaksinasi sangat sedikit sekali. Efek samping memang ada, tapi biasanya dalam kategori ringan.

Sejumlah efek samping vaksinasi antara lain nyeri otot, kemerahan di bagian yang disuntik, demam, kelelahan dan sakit kepala.

Baca Juga: CEK FAKTA: WHO Bagikan Link Pendaftaran Vaksin Covid-19 Gratis

Efek samping vaksin flu mirip dengan efek samping vaksinasi Covid-19, yang saat ini sudah teruji secara klinis.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI