Studi: Mahasiswa Lebih Rentan Alami Depresi dan Kecemasan

Minggu, 21 Februari 2021 | 13:28 WIB
Studi: Mahasiswa Lebih Rentan Alami Depresi dan Kecemasan
Ilustrasi mahasiswa stres. (unsplash)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebuah penelitian dari Universitas Boston (BU) menyatakan bahwa prevelensi depresi dan kecemasan semakin meningkat, terutama pada kalangan mahasiwa. Studi tersebut mensurvey 33.000 mahasiswa di seluruh Amerika Serikat.

Melansir dari Healthshots, studi tersebut juga menyebutkan bahwa kenaikan tingkat depresi terkait dengan meningkatnya faktor stres akibat pandemi virus corona, kerusuhan politik, serta rasisme dan ketimpangan sistemik.

"Separuh dari masiswa pada musim gugur 2020 dinyatakan positif depresi atau kecemasan atau keduanya" kata Sarah Ketchen Lipson, seorang peneliti kesehatan mental Universitas Boston dan salah satu peneliti utama dari survei nasional yang dilakukan secara online selama semester musim gugur 2020.

Survei lebih lanjut mengungkapkan bahwa 83 persen mahasiswa mengatakan bahwa kesehatan mental mereka berdampak negatif terhadap kinerja akademis mereka dalam sebulan terakhir. Sementara dua pertiga mahasiswa berjuang dengan kesepian dan merasa terisolasi.

Baca Juga: Hentikan Mulai Sekarang, Kebiasaan Begadang Bikin Rentan Alami Depresi

Lipson, asisten profesor hukum, kebijakan, dan manajemen kesehatan dari BU School of Public Health mengatakan temuan survei tersebut menggarisbawahi perlunya staf pengajar universitas dan fakultas untuk menerapkan mekanisme yang dapat mengakomodasi kebutuhan kesehatan mental siswa.

“Fakultas harus fleksibel dengan tenggat waktu dan mengingatkan siswa bahwa bakat mereka tidak hanya ditunjukkan hanya dengan nilai tertinggi selama satu semester yang menantang,” kata Lipson.

Ilustrasi depresi (shutterstock)
Ilustrasi depresi (shutterstock)

Di perguruan tinggi dan universitas, administrator harus fokus  menyediakan layanan kesehatan mental kepada siswa yang menekankan pada pencegahan, penanganan, dan ketahanan mental.

“Seringkali siswa hanya akan mencari bantuan ketika mereka menemukan diri mereka dalam krisis kesehatan mental,” kata Lipson.

"Oleh karena itu, semua siswa harus menerima pendidikan kesehatan mental, idealnya sebagai bagian dari kurikulum yang diwajibkan," imbuhnya. 

Baca Juga: Masalah Kesehatan Mental Semakin Banyak Ditemukan, Apa Penyebabnya?

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI