Merusak Otak Bayi, Ilmuwan Desak Pelarangan Penggunaan Bahan Kimia Ftalat

Minggu, 21 Februari 2021 | 11:30 WIB
Merusak Otak Bayi, Ilmuwan Desak Pelarangan Penggunaan Bahan Kimia Ftalat
Ibu hamil (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sekelompok ilmuwan dan profesional kesehatan dari Project TENDR mengatakan bahan kimia sintetis yang disebut ftalat dalam plastik dapat merusak perkembangan otak anak. Karenanya, mereka meminta larangan penggunaan bahan kimia tersebut.

Project TENDR (Targeting Environmental Neuro-Development Risks) merupakan kumpulan ilmuwan sukarelawan, profesional kesehatan dan pembela anak yang bekerja untuk mempelajari dan mengurangi paparan bahan kimia neurotoksik dan polutan pada anak-anak.

"Kami memiliki cukup bukti tentang dampak bahan kimia ini pada risiko gangguan perhatian, pembelajaran, dan perilaku anak," kata Stephanie Engel, profesor epidemiologi di University of North Carolina, Chapel Hill Gillings School of Global Public Health.

Ahli toksikologi Linda Birnbaum berharap makalah yang mereka susun dan terbit dalam American Journal of Public Health pekan ini menjadi seruan dalam memahami paparan ftalat sejak dini yang dapat memengaruhi anak-anak, lapor CNN.

Baca Juga: Orangtua Wajib Tahu, Ini Beda Anak Aktif, Hiperaktif, dan ADHD

Makalah ini berisi hubungan antara paparan ftalat pada ibu hamil dengan risiko hiperaktif, agresi, pembangkangan, dan tanda lain dari attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) pada anak mereka kelak.

Ilustrasi bayi. (Shutterstock)
Ilustrasi bayi. (Shutterstock)

Misalnya, satu studi yang dicantumkan dalam makalah menemukan anak-anak dari ibu dengan kadar ftalat tinggi dalam urine selama trimester kedua berisiko tiga kali lipat melahirkan anak dengan ADHD.

Ftalat merupakan bahan kimia yang sering kita temui dalam keseharian untuk membuat plastik lebih fleksibel dan tidak mudah pecah.

Tidak hanya dalam bahan plastik, ftalat juga ada dalam produk pakaian, furnitur, tirai kamar mandi, sampo, sabun, hingga cat kuku. Bahan kimia ini harus dicantumkan dalam label produk, kecuali jika ditambahkan sebagai bagian dari aroma.

Beberapa studi telah menghubungkan ftalat dengan risiko obesitas pada masa kanak-kanak, asma, masalah jantung, kanker, dan masalah reproduksi seperti malformasi genital atau testis yang tidak turun pada bayi laki-laki.

Baca Juga: Mudah Salah Paham dan Emosi, Awas Gejala ADHD pada Orang Dewasa

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI