Suara.com - Varian baru virus corona yang disebut B.1.125 telah terdeteksi di Inggris, Nigeria, Amerika Serikat, dan 11 negara lainnya. Seperti varian Afrika Selatan dan Brasil, virus corona baru ini mengalami mutasi pada protein lonjakannya.
Peneliti menduga varian yang mengalami mutasi pada protein lonjakannya, dikenal sebagai E484K, dapat lolos dari antibodi penetral vaksin Covid-19.
Profesor mikrobiologi seluler di University of Reading, Simon Clarke, mengatakan mutasi E848K membuat varian Afrika Selatan resisten terhadap beberapa vaksin. Ia khawatir hal itu juga akan terjadi pada varian baru ini.
"Kami belum tahu seberapa baik varian baru ini akan menyebar, tetapi dapat diasumsikan bahwa kekebalan dari vaksin atau infeksi Covid-19 sebelumnya kurang ampuh (pada varian-varian inii)," jelas Clarke, dlansir Live Science.
Baca Juga: 254 Pasien Corona Bangka Selatan Dinyatakan Sembuh, Belasan Masih Dirawat
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mengatakan varian baru dari Afrika Selatan, Inggris, dan Brasil, lebih menular dari virus corona asli (SARS-CoV-2).
Tetapi mereka belum yakin apakah hal itu juga terjadi pada varian B.1.125 ini.
Beruntung, semua varian baru yang muncul tidak menyebabkan Covid-19 menjadi lebih parah.
"Saat ini tidak ada bukti bahwa rangkaian mutasi ini menyebabkan Covid-19 yang lebih parah atau peningkatan penularan," kata Yvonne Doyle, direktur medis di Public Health England (PHE).
Varian B.1.125 pertama kali terdeteksi dalam sampel dari penderita Covid-19 di Nigeria pada Desember 2020, menurut laporan University of Edinburgh. Namun hingga kini ilmuwan sedang menyelidiki asal muasal varian.
Baca Juga: Riau Kenalkan Batik Corona & Janda Bolong, Terinspirasi Kondisi Sosial
Universitas Edinburgh juga mencatat pada 17 Februari, varian tersebut telah dideteksi dalam pengurutan genetik dalam 12 kasus AS.