Suara.com - Emboli paru (juga disebut sebagai PE) merupakan penyumbatan tiba-tiba di arteri paru-paru. Ini dimulai dengan trombosis vena dalam (DVT), yaitu ketika bekuan darah terbentuk di vena dalam, biasanya di kaki bagian bawah, paha, atau panggul.
Ketika gumpalan itu terlepas dan mengalir melalui aliran darah ke paru-paru, hal itu dapat menyebabkan emboli paru.
Emboli paru adalah kondisi yang serius. Ini dapat menyebabkan kerusakan permanen pada paru-paru, kadar oksigen rendah dalam darah, dan kerusakan organ lain di tubuh Anda karena tidak mendapatkan cukup oksigen.
Emboli paru juga bisa mengancam jiwa, mengutip Health, terutama jika gumpalannya besar atau jika ada beberapa gumpalan.
Baca Juga: Waspada, Empat Jenis Kanker Berikut Paling Umum Mengintai Pria
Meskipun siapa pun dapat mengembangkan kondisi ini, ada beberapa faktor tertentu yang meningkatkan risiko. Mengutip Medline Plus, itu termasuk:
- Menjalani operasi
- Kondisi medis tertentu, termasuk:
- Kanker
- Penyakit jantung
- Penyakit paru paru
- Patah tulang pinggul atau kaki atau trauma lainnya
- Obat berbasis hormon, seperti pil KB atau terapi penggantian hormon
- Kehamilan dan persalinan.
- Tidak bergerak dalam waktu lama
- Menua
- Sejarah keluarga dan genetika
- Kegemukan
Wanita berisiko lebih tinggi mengembangkan DVT dan PE selama enam minggu pertama setelah melahirkan, tetapi risikonya tinggi juga bisa terjadi selama kehamilan. Ini bisa disebabkan oleh hormon atau faktor lain dalam darah atau perubahan cara darah mengalir melalui pembuluh darah
Gejala Emboli Paru
Sayangnya, MedlinePlus mengatakan bahwa setengah dari orang yang menderita PE tidak memiliki gejala. Namun orang akan mungkin mengalami tanda-tanda ini:
- Sesak napas
- Nyeri dada dengan pernapasan dalam
- Nafas cepat
- Peningkatan denyut jantung
- Batuk darah
- Sakit kepala ringan
- Pingsan
- Berkeringat
Sedangkan gejala DV yang terjadi sebelum PE dapat meliputi hal berikut di sekitar area di mana gumpalan terbentuk, yakni pembengkakan, nyeri atau nyeri tekan, kehangatan yang meningkat, kram, atau nyeri di area tersebut serta kulit menjadi merah atau berubah warna.
Baca Juga: Miris, Kematian Kanker Paru Indonesia Tertinggi Se-Asia Tenggara