Jelang Olimpiade, Varian Baru Virus Corona Mengancam Jepang

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Jum'at, 19 Februari 2021 | 11:17 WIB
Jelang Olimpiade, Varian Baru Virus Corona Mengancam Jepang
Ilustrasi varian baru virus Corona. (Pixabay/mohamed_hassan)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ancaman varian baru virus Corona di Jepang wajib diwaspadai. Sebab, otoritas bertekad tetap mengadakan event Olimpiade Tokyo yang tertunda.

Dilansir ANTARA, otoritas kesehatan Jepang menemukan lebih dari 90 kasus varian baru virus Corona.

Kepala Sekretaris Kabinet Katsunobo Kato mengatakan, mutasi yang dikenal sebagai E484K itu ditemukan dalam 91 kasus di daerah Kanto di Jepang timur dan dalam 2 kasus di bandara.

Varian tersebut diyakini berasal dari luar negeri tetapi berbeda dari yang berasal dari Inggris dan Afrika Selatan, menurut laporan sebelumnya oleh surat kabar Mainichi yang mengutip Institut Penyakit Menular Nasional Jepang.

Baca Juga: Update Pasien Covid di Wisma Atlet 19 Februari: 3.474 Bergejala, 440 OTG

Jepang telah melaporkan 151 kasus varian dari Inggris, Afrika Selatan, dan Brasil.

Negara ini telah memiliki lebih dari 400.000 kasus COVID-19 dengan 7.194 kematian.

Selain varian baru virus Corona, Jepang juga tengah mengalami masalah bunuh diri yang terus meningkat.

Laman BBC Indonesia melaporkan, selama Oktober 2020, angka bunuh diri di kalangan perempuan Jepang naik hingga 70 persen dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya.

Ini berbeda dengan data sebelumnya, yang menyebut kejadian bunuh diri tertinggi dilakukan oleh lelaki paruh baya.

Baca Juga: Ahli Ungkap Kasus Tak Terkontrol Picu Munculnya Varian Baru Virus Corona

Jepang dulu memiliki angka bunuh diri tertinggi di antara negara maju. Namun, selama satu dekade terakhir, mereka sangat sukses menurunkan hingga sepertiga tingkat bunuh diri.

Profesor Michiko Ueda adalah salah satu pakar terkemuka yang mendalami isu bunuh diri di Jepang. Dia memberi tahu saya betapa mengejutkan menyaksikan perubahan tajam dalam beberapa bulan terakhir.

"Pola bunuh diri di kalangan perempuan ini sangat, sangat tidak biasa. Saya belum pernah melihat peningkatan setinggi ini selama berkarier dan meneliti topik ini," katanya.

"Industri yang paling sangat terdampak pandemi virus corona adalah adalah industri yang melibatkan banyak perempuan, seperti pariwisata, ritel, industri makanan."

Jumlah perempuan lajang yang tinggal sendiri di Jepang meningkat besar. Banyak dari mereka mengambil jalan hidup itu ketimbang terikat pernikahan dengan pembagian peran berbasis gender tradisional.

Profesor Ueda berkata, perempuan muda juga jauh lebih mungkin menjalankan pekerjaan yang tidak tetap.

"Mereka harus menghidupi kehidupan mereka sendiri dan tidak memiliki pekerjaan tetap. Jadi ketika sesuatu terjadi, tentu saja, mereka sangat terdampak.

"Jumlah orang yang kehilangan pekerjaan tidak tetap sangat, sangat banyak selama delapan bulan terakhir," tuturnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI