"Mungkin sekali kalau tes kita belum banyak yang menyebabkan positivity ratenya tinggi, oleh karena itu kita memperbanyak dengan menggunakan rapid antigen," terangnya.
"Dengan masuknya data-data ini, baru akan kelihatan positifity rate yang sebenarnya seperti apa, baru dari situ kita ambil kesimpulan," pungkas Menkes Budi.