Suara.com - Para peneliti dari Universitas Edinburgh telah menemukan 38 kasus varian baru virus corona yaitu 2 di Wales dan 36 di Inggris pada sampel yang berasal dari Desember.
Selain itu, kasus varian baru virus corona juga terjadi di Denmark, Nigeria, dan Amerika Serikat. Saat ini, pakar kesehatan di Inggris sedang mempelajari dan memahami risiko yang mungkin ditimbulkannya.
Prof Ravi Gupta dari Universitas Cambridge, salah satu ilmuwan mengatakan B.1.525 (varian baru virus corona) memiliki mutasi yang signifikan yang sudah terlihat di beberapa varian baru lainnya.
"Hal ini sebagian meyakinkan karena kita bisa memprediksi apa yang menjadi efeknya,” paparnya dilansir dari BBC (16/2/2021).
Baca Juga: Varian Baru Virus Corona Picu Kekhawatiran, Adakah Batasan Mutasinya?
Sedangkan Prof Yvonne Doyle dari Public Health England (PHE) mengatakan, temuan data terkait varian yang muncul sedang dilakukan, seperti pengujian ekstra dan pelacakan kontak.
"Saat ini tidak ada bukti bahwa rangkaian mutasi ini menyebabkan penyakit yang lebih parah dengan peningkatan penularan,” papar Prof Yvonne Doyle.
Salah satu perubahan yang dimiliki B.1.525 ini merupakan mutasi yang ditemukan pada varian di negara Brasil dan Afrika Selatan, yang dapat membantu virus menghindari pertahanan sistem kekebalan tubuh.
Prof Gupta dan rekannya telah menjalankan tes lab dan mengatakan bahwa mutasi tersebut merupakan ancaman bagi vaksin. Namun, para ilmuwan sedang mengerjakan vaksin baru yang lebih cocok untuk varian new coronavirus ini, jika dibutuhkan sebelum musim dingin mendatang.
Prof Andrew Hayward, seorang ahli epidemiologi University College London, mengatakan. “Untungnya tidak menyebar lebih cepat dari yang lain, dan masih pada tingkat yang sangat rendah.
Baca Juga: Seorang Bisa Terinfeksi Dua Jenis Covid-19 Sekaligus, Ini Cara Cegahnya
Dengan semua varian ini, ia mengatakan, perlu adanya pengawasan dengan cermat mengenai new coronavirus tersebut.