Suara.com - Virus corona SARS Cov-2 penyebab infeksi Covid-19 membuat semakin resah setelah ahli menemukan banyaknya jenis mutasi. Disebut, mutasi yang ditemukan di Inggris dan Afrika membuat infeksi lebih cepat menular.
Praktis, hal itu menyebabkan kasus melonjak dibeberapa negara sejak November 2020.
Hingga Senin (15/2) pukul 07.08 WIB, total kasus Covid-19 diseluruh dunia, tercatat pada situs worldometers, telah lebih dari 109,37 juta infeksi.
Dari total kasus itu, 97 persen di antaranya, atau sebanyak 81,6 juta orang, sudah dinyatakan sembuh. Sementara 3 persen lainnya, 2,41 juta jiwa, meninggal akibat terinfeksi Covid-19.
Baca Juga: Pasien Corona Sembuh di Jakarta Bertambah 4.349 Orang
Selama 24 jam terakhir, terdapat 281.116 kasus baru diseluruh dunia dan 6.532 orang meninggal dunia.
Orang meninggal dunia paling banyak dilaporkan di Meksiko dengan jumlah 1.214 jiwa dalam satu hari. Negara bagian Amerika Serikat itu sudah mencatatkan 173.771 orang meninggal akibat Covid-19, terbanyak ketiga di dunia setelah AS dan Brasil.
Sedangkan kasus baru paling banyak dilaporkan Amerika Serikat yang telah menjadi pusat dari infeksi Covid-19. Negeri Paman Sam itu melaporkan 63.446 infeksi harian, sehingga membuat total kasusnya menjadi 28,26 juta.
Dalam sepekan terakhir, AS sebenarnya mengalami penurunan kasus harian dengan rata-rata di bawah 100 ribu kasus setiap hari. Namun penurunan belum terjadi pada laporan orang meninggal yang rata-rata masih di atas seribu per hari.
Institut Metrik dan Evaluasi Kesehatan (IMHE) Universitas Washington bahkan memproyeksikan akan ada 130 ribu orang Amerika akan meninggal akibat Covid-19 selama tiga setengah bulan ke depan.
Baca Juga: Pedoman Baru CDC: Orang yang Sudah Divaksin Penuh Tak Perlu Karantina Lagi
IMHE membenarkan adanya tren penurunan kasus harian di AS. Menurut para ahli, ada empat faktor kunci yang akan menentukan kondisi AS terhadap pandemi Covid dalam beberapa bulan ke depan.
Dua faktor pertama adalah meningkatkan program vaksinasi dan menurunkan penularan selama musim semi dan musim panas.
"Namun, dua faktor dapat memperlambat atau bahkan membalikkan penurunan yang telah dimulai," kata tim IHME dikutip dari CNN.
Salah satu faktor tersebut adalah ditemukannya penyebaran varian B.1.1.7, yang pertama kali diidentifikasi di Inggris dan para ahli memperingatkan bisa menjadi strain dominan di AS pada musim semi. Data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS menunjukkan lebih dari 980 kasus varian sejauh ini telah terdeteksi di 37 negara bagian.
Faktor kunci lainnya, menurut tim IHME, adalah peningkatan perilaku masyarakat yang tidak patuh protokol kesehatan.
"Penularan telah diatasi selama musim dingin melalui pemakaian masker, penurunan mobilitas, dan menghindari pengaturan berisiko tinggi seperti makan di dalam ruangan. Karena jumlah kasus harian menurun dan vaksinasi meningkat, perilaku cenderung berubah menuju peningkatan risiko penularan," kata ahli.
Para ahli di IMHE mengingatkan agar AS tidak lengah. Terlebih makin banyaknya gubernur negara bagian yang terus melonggarkan pembatasan Covid-19.