Kabar Baik, Studi Sebut Tingkat Kematian karena Covid-19 Berangsur Turun

Minggu, 14 Februari 2021 | 16:09 WIB
Kabar Baik, Studi Sebut Tingkat Kematian karena Covid-19 Berangsur Turun
Ilustrasi Pasien Covid-19. (Pexels)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Lebih dari 2,3 juta orang telah meninggal dunia akibat virus COVID-19 sejak dimulainya pandemi. Namun, perawatan yang lebih baik di ruang perawatan intensif menyebabkan tingkat kematian semakin turun.

Pada Juni 2020, sebuah penelitian mengungkapkan bahwa obat steroid deksametason mengurangi risiko kematian secara pada pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit sebesar 17 persen.

Penelitian lain menemukan bahwa obat awalnya dinilai memberi efek baik, termasuk hydroxychloroquine, azithromycin, dan remdesivir, ternyata tidak memiliki manfaat yang jelas untuk mengurangi kematian.

Melansir dari Medial News Today, dokter menemukan bahwa terapi cairan dan oksigen yang lebih baik membantu manajemen pembekuan darah. Pembekuan darah merupakan salah satu karakter utama infeksi Covid-19 yang mematikan.

Baca Juga: Pemerintah: Komorbid dan Penyintas Covid-19 Juga Bakal Dapat Vaksin

Karena itu, perbaikan dalam proses perawatan menyebabkan penurunan tajam dalam angka kematian pada awal terjadinya pandemi. Namun menjelang akhir tahun, tingkat penurunan ini tampak melandai.

Tinjauan dan meta-analisis studi observasi sebelumnya menemukan bahwa kematian karena COVID-19 di unit perawatan intensif menurun hampir sepertiga pada akhir Maret 2020 dan akhir Mei 2020, dari sekitar 60 persen menjadi 42 persen.

Untuk memperbarui temuan mereka hingga akhir bulan September 2020, para peneliti mengidentifikasi 52 studi observasi dan daftar pasien terbaru. Didapatkan ada total 43.128 pasien yang dirawat di ICU dengan diagnosis COVID-19.

"Setelah meta-analisis pertama kami tahun lalu menunjukkan penurunan besar angka kematian (dalam perawatan intensif) dari COVID-19 dari Maret hingga Mei 2020, analisis terbaru ini menunjukkan bahwa penurunan tingkat kematian antara Juni dan Oktober 2020 melandai dan tidak berubah," ungkap peneliti, dalam jurnal Anaesthesia, ditulis Minggu (14/2/2021).

Menurut analisis yang ditemukan, tingkat kematian pasien dengan perawatan intensif COVID-19 sekisar 30-40 persen di sebagian besar wilayah. Namun ada pula laporan kematian yang berbeda dengan rata-rata dunia.

Baca Juga: Masing-masing Vaksin Covid-19 Punya Angka Efikasi, Apa Artinya?

Sebuah laporan tunggal dari Victoria, Australia, menunjukkan angka kematian hanya 11 persen. Namun sebaliknya, temuan peneliti yang mencakup empat negara di Timur Tengah, seperti Iran, Kuwait, Yaman, dan Israel, melaporkan tingkat kematian diagnosa Covid-19 rata-rata sebesar 62 persen.

Dari sejumlah temuan tersebut, ditemukan bahwa perbedaan angka kematian di berbagai wilayah disebabkan oleh tiga hal, yakni kemampuan fasilitas kesehatan yang berbeda-beda, kriteria untuk dirawat di ICU, dan data statistik yang tidak akurat.

Terakhir, para peneliti juga membahas kemungkinan mutasi virus Corona yang bisa mempercepat penularan dan program vaksinasi yang telah berjalan di sejumlah negara.

Dua faktor ini bisa menjadi penentu apakah angka kematian akan meningkat di tahun 2021, atau bahkan semakin turun.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI