Suara.com - Anda mungkin pernah mendengar bahwa efikasi vaksin Covid-19 Pfizer adalah 95%, Sinovac 65,3%, Moderna 94%, dan Johnson & Johnson 66%. Apa maksud dari angka-angka tersebut?
Banyak orang yang salah paham bahwa jika efikasi vaksin 95% di uji klinis, artinya 5% sisanya terinfeksi Covid-19. Tapi ini tidak benar.
Maksud sebenarnya dari efikasi 95%, bahwa orang yang divaksinasi memiliki risiko 95% lebih rendah terinfeksi Covid-19 dibandingkan yang tidak divaksinasi.
Ahli virus di Drew University di New Jersey, Brianne Barker, mengatakan sulit untuk secara langsung membandingkan kemanjuran masing-masing vaksin yang ada saat ini.
Baca Juga: Resmi! Jokowi Terbitkan Aturan Denda dan Pidana Warga Penolak Vaksin Corona
Sebab, masing-masing uji klinis terjadi di wilayah geografis, populasi dan titik waktu yang berbeda. Tidak hanya itu, varian virus corona yang diujikan pun berbeda.
"Ada lebih banyak orang yang terinfeksi varian Inggris B117 selama uji coba vaksin Johnson & Johnson dibanding selama uji coba Moderna," jelas Barker, dilansir Live Science.
Lebih dari itu, angka efikasi menunjukkan perlindungan terhadap gejala, bukannya mencegah infeksi pada orang yang divaksin.
"Semua angka kemanjuran ini adalah perlindungan dari munculnya gejala, bukan perlindungan dari infeksi," lanjutnya.
Apa yang dianggap penting oleh para ahli adalah, lanjut Barker, vaksin dapat melindungi orang-orang dari Covid-19 parah, seperti kasus rawat inap dan kematian.
Baca Juga: Pakar Rekomendasikan Vaksin Oxford/AstraZeneca untuk Lawan Varian Baru
Dalam uji coba, tidak ada orang yang sudah divaksinasi dirawat di rumah sakit atau meninggal karena Covid-19 setelah mendapat dua dosis vaksin.
"Kami sangat beruntung dengan seberapa efektif vaksin ini," kata Barker.