Makan Telur Dinilai Tingkatkan Risiko Kematian Dini, Ini Tanggapan Dokter!

Sabtu, 13 Februari 2021 | 13:04 WIB
Makan Telur Dinilai Tingkatkan Risiko Kematian Dini, Ini Tanggapan Dokter!
Ilustrasi Telur (Pixabay/emirkrasnic)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Baru-baru ini, sebuah penelitian baru menemukan makan telur 3 kali seminggu bisa meningkatkan risiko kematian dini. Tapi, temuan penelitian ini telah menjadi perdebatan.

Dr Nighat pun mengimbau semua orang untuk tidak ragu mengonsumsi telur hanya karena temuan satu penelitian ini. Karena, telur juga memiliki banyak manfaat kesehatan.

Telur adalah sumber vitamin D yang berlimpah, vitamin B dan vitamin A yang bagus untuk mata. Selain itu, telur juga memiliki jumlah kalori yang tidak terlalu banyak, tergantung pada ukuran telurnya.

"Telur bisa menurunkan berat badan karena cukup mengenyangkan dan membuat Anda tetap bertahan sampai waktu makan siang tiba," kata Dr Nighat dikutip dari Express.

Baca Juga: Studi: Peralatan Olahraga Tak Sebarkan Virus Corona Covid-19

Menurut Dr Nighat, satu yang perlu diperhatikan adalah cara mengolah telur. Karena, telur yang digoreng bisa meningkatkan kandungan lemak hingga 50 persen.

Ilustrasi telur. (Elements Envato)
Ilustrasi telur. (Elements Envato)

Sebelumnya, studi baru itu menunjukkan bahwa mereka yang mengonsumsi 300 miligram kolesterol tambahan sehari, sekitar 3 telur seminggu 19 persen lebih mungkin meninggal selama 16 tahun ke depan.

Kematian akibat kanker dan penyakit kardiovaskular masing-masing meningkat 24 dan 16 persen. Penelitian itu juga mengaitkan kebiasaan makan telur dengan penyakit pernapasan, seperti Alzheimer dan diabetes.

"Dalam penelitian ini, asupan telur dan kolesterol dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi pada penyakit kardiovaskular dan kematian akibat kanker," kata Profesor Yu Zhang, dari Universitas Zhejiang.

Profesor Yu Zhang mengatakan peningkatan risiko kematian terkait dengan konsumsi telur, sebagian besar dipengaruhi oleh kadar kolesterol yang tinggi.

Baca Juga: Setelah Disambangi WHO, China Klaim Virus Corona Berasal dari Kepala Babi

Karena itu, temuan ini menyarankan semua orang membatasi asupan kolesterol dan mengganti telur utuh dengan telur putih atau mengganti sumber protein alternatif.

Namun, Dr Nighat yang seorang ahli kesehatan menyarankan agar tidak terpaku dengan satu penelitian ini saja. Dr Duane Mellor, Pengajar Senior di Fakultas Kedokteran Aston, Universitas Aston, mengatakan temuan ini bermaksud menyarankan seseorang untuk menghitung banyaknya telur yang dikonsumsi, bukan cara memasaknya.

"Pengaruh makanan yang dikonsumsi dengan telur tidak terlalu dipermasalahkan. Kita semua tahu telur bisa dikonsumsi sebagai makanan diet," jelas Dr Duane.

Para peneliti pun mencoba membuat hipotesis tentang efek menukar telur utuh dengan putih telur, pengganti telur, ikan, susu dan kacang-kacangan.

Tapi, gagasan mengganti telur dalam makanan dengan cara ini tidak diuji dalam penelitian dan sebaliknya mereka membandingkan orang yang mengonsumsi makan telur dan tidak mengonsumsinya.

Profesor Zhang juga tidak meminta masyarakat untuk meremehkan manfaat kesehatan dari makan telur. Ia mengatakan bahwa telur tinggi protein, vitamin dan nutrisi yang baik untuk menu diet.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI