Pakar Memperingatkan Flu Musiman di Masa Mendatang Bisa Lebih Buruk

Kamis, 11 Februari 2021 | 13:02 WIB
Pakar Memperingatkan Flu Musiman di Masa Mendatang Bisa Lebih Buruk
Ilustrasi pria menderita flu (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pakar kesehatan memperingatkan bahwa musim flu atau influenza di masa mendatang bisa lebih parah dan terjadi pada waktu yang tidak terduga.

Kasus virus musiman lain juga termasuk virus pernapasan syncytial (RSV), virus corona flu biasa, dan virus parainfluenza.

Hal ini terjadi saat orang-orang mulai rentan terhadap virus pernapasan musiman, karena sekarang hanya sedikit orang terpapar dan lebih banyak orang memiliki antibodi virus corona yang beredar saat ini.

"Kerentanan meningkat dalam populasi," jelas Shweta Bansal, ahli ekologi penyakit di Universitas Georgetown di Washington, DC, dilansir Live Science.

Baca Juga: Mahasiswa Magister Kesehatan UMI Ujian Dibantu Alat Pernapasan

Misalnya, tambah Bansal, bayi yang belum terpapar virus akan lahir, dan kekebalan pada orang dewasa yang pernah terpapar akan mulai berkurang.

Lelaki sedang menderita influenza atau flu. (Shutterstock)
Lelaki sedang menderita influenza atau flu. (Shutterstock)

"Orang yang tidak memiliki atau kekebalannya telah berkurang bagai 'bahan bakar' dalam kebakaran. Semakin banyak bahan bakar yang tersedia, semakin mudah terjadinya wabah," lanjutnya.

Terlebih jika tindakan pencegahan Covid-19 dicabut, yang tentunya akan memicu peningkatan infeksi.

"Saat ukuran populasi yang rentan meningkat, kita perlu bersiap untuk wabah di luar musim dan potensi wabah besar," kata Rachel Baker, ahli epidemiologi di Universitas Princeton. Contoh kasus nyatanya terjadi di New South Wales, Australia.

Biasanya puncak kasus antara Apil dan Juni, tetapi selama 2020 jumlah infeksi PSV turun lebih dari 85% dibanding tahun sebelumya. Namun pada akhir Desember, setelah pembatasan Covid-19 di New South Wales dicabut, kasus RSV melonjak hingga enam ribu dalam dua minggu.

Baca Juga: Atur Pernapasan, Ini 5 Tips Atasi Rasa Gugup

"Kasus Australia ini bisa menjadi gambaran yang menarik," tandas Baker.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI