Suara.com - D-dimer disebut-sebut sebagai penanda utama tingkat keparahan infeksi Covid-19. Apa sebenarnya D-dimer dan bagaimana cara menghitungnya?
Dilansir ANTARA, dokter spesialis paru dr Erlina Burhan, Sp.P, mengatakan D-dimer adalah parameter pemeriksaan dari darah. D-dimer diukur untuk melihat tingkat keparahan suatu infeksi.
Angka D-dimer juga merupakan salah satu faktor penanda adanya kerusakan organ-organ tubuh lain.
"Jadi pemeriksaan D-dimer dilakukan dari darah dan normalnya berada pada angka 500," ujarnya.
dr Erlina mengatakan peningkatan D-dimer biasanya terjadi pada pasien COVID-19 dengan kondisi berat yang dipicu oleh sejumlah faktor tertentu.
"Pemicunya ada beberapa hal, bisa karena sudah ada kelainan kardiovaskular ditambah lagi dengan faktor infeksi akibat virus ini," kata dokter yang praktik di RS Paru Persahabatan ini.
Kondisi tersebut, menurut dia, memicu terjadinya sumbatan ataupun faktor pembekuan di darah sehingga menjadi terganggu.
Terkait terjadinya peningkatan D-dimer pada pasien COVID-19, kata dia, biasanya karena reaksi dari proses implamasi yang ditimbulkan oleh virus.
Dengan kata lain, jika angka D-dimer seseorang tersebut naik maka hal itu sudah menunjukkan bahwa kondisi penyakit yang bersangkutan sudah lanjut.
Baca Juga: Polemik Vaksin Covid-19 Selebgram Helena Lim, Ini Penjelasan Dinkes Jakbar
Namun di sisi lain, kondisi peningkatan D-dimer tidak selalu terjadi pada semua pasien. Apalagi jika pasien bergejala ringan, orang tanpa gejala ataupun sedang biasanya belum terjadi peningkatan.