Suara.com - Kongo bersiap menghadapi wabah Ebola di tengah pandemi virus corona Covid-19 yang belum usai. Hal ini diwaspadai setelah seorang pria di kota Butembo, North-Kivu baru saja terinfeksi Ebola beberapa bulan terakhir.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini juga mengatakan seorang wanita telah meninggal dunia setelah menunjukkan tanda-tanda infeksi virus Ebola beberapa hari. Ebola adalah virus mematikan yang menyebabkan perdarahan dan kegagalan organ.
WHO mengatakan hasil sampel darah wanita itu telah terbukti adanya virus Ebola. Sayangnya, wanita itu lebih dulu meninggal dunia sebelum tahu diagnosisnya.
Wanita itu diketahui menikah dengan seorang penyintas Ebola. Tetapi, masih belum jelas cara dan proses wanita itu tertular virus Ebola.
Baca Juga: Awas, Pasien Penyakit Gusi 9 Kali Berisiko Meninggal akibat Virus Corona!
Karena, kasus ini muncul setelah Kongo Timur menyatankan secara resmi bahwa wabah Ebola di wilayahnya telah berakhir pada Juni 2020 lalu.
Tapi, pejabat kesehatan WHO menyatakan kasus kematian wanita itu bukanlah hal yang aneh jika kasus poradis terjadi setelah wabah besar. Sekarang ini, lebih dari 70 orang yang kontak dekat dengan wanita itu telah diperiksa, tapi belum ada yang dilaporkan tertular Ebola.
"Ada kemungkinan wabah Ebola akan berlanjut, karena wanita itu melakukan kontak dengan banyak orang setelah mengalami gejala Ebola," kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus dikutip dari Fox News.
Saat ini, vaksin Ebola sedang dikirim ke Kongo. Pemerintah setempat pun bersiap untuk vaksinasi semua warga secepatnya. Tedros juga mengatakan bahwa WHO telah mengirim tim tanggap cepat untuk memberikan dukungan sesuai kebutuhan.
Wabah virus Ebola ini pertama kali ditemukan di Kongo pada 1976, yang muncul kurang dari 3 bulan setelah wabah di provinsi barat Equateur secara resmi berakhir.
Baca Juga: Seminggu Sesak Napas Makin Buruk? Awas Gejala Virus Corona Afrika Selatan!
Namun, wabah virus Ebola tahun 2018 di Kongo Timur adalah wabah yang paling mematikan kedua di dunia. Karena, wabah ini menewaskan 2.299 orang.
Wabah itu berlangsung selama hampir dua tahun dan diperangi di tengah tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, termasuk konflik lain yang mengakar antara epidemi campak terbesar di dunia dan penyebaran virus corona Covid-19.
Pejabat kesehatan WHO mengatakan bahwa wabah Ebola baru berdampak buruk pada sistem kesehatan negara yang rapuh, terutama ketika menghadapi pandemi virus corona Covid-19.
Meskipun ada harapan bahwa indikasi awal dari infeksi ini dapat membantu mengatasi wabah dengan cepat. Tapi, wabah Ebola dan pandemi virus corona yang terjadi berurutan menambah tekanan lebih besar pada semua orang.
Jason Kindrachuk, asisten profesor di departemen mikrobiologi medis dan penyakit menular di Universitas Manitoba Kanada, melakukan penelitian tentang orang yang selamat dari wabah Ebola Afrika Barat pada 2014-2016 yang paling mematikan.
Menurut penelitian di New England Journal of Medicine, virus Ebola sangat menular dan dapat tertular melalui cairan tubuh, seperti muntahan, darah atau air manis. Virus juga bisa hidup di air mani laki-laki selama lebih dari 3 tahun.