Inggris Mulai Uji Coba Menggabungkan 2 Vaksin Covid-19, Apa Alasannya?

Senin, 08 Februari 2021 | 07:14 WIB
Inggris Mulai Uji Coba Menggabungkan 2 Vaksin Covid-19, Apa Alasannya?
Vaksin COVID-19 (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Para peneliti di Universitas Oxford, Inggris akan mulai menguji apa yang terjadi apabila seseorang menerima campuran beberapa vaksin Covid-19.

Menurut peneliti, pendekatan ini kemungkinan akan memberikan jawaban mengingat pasokan vaksin dan adanya ancaman varian baru virus corona.

Penelitian ini melibatkan lebih dari 800 sukarelawan di seluruh Inggris berusia 50 tahun atau lebih, lapor Live Science.

Beberapa peserta studi akan diberikan dosis pertama vaksin Oxfrod/AstraZeneca, diikuti dengan vaksin yang sama atau Pfizer pada dosis kedua. Sementara yang lain diberi dosis sebaliknya.

Baca Juga: Bolehkah Gabungkan Vaksin Pfizer dan Oxford? Ini Kata Ahli!

Beberapa peserta akan diberikan dua dosis dengan selang waktu empat minggu dan yang lain berselang waktu 12 minggu.

Sejumlah tenaga kesehatan mengikuti vaksinasi dosis pertama vaksin COVID-19 Sinovac di Istora Senayan, Jakarta, Kamis (4/2/2021). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Sejumlah tenaga kesehatan mengikuti vaksinasi dosis pertama vaksin COVID-19 Sinovac di Istora Senayan, Jakarta, Kamis (4/2/2021). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat

Semua peserta secara berkala akan memberikan sampel darah mereka yang akan diuji oleh peneliti, mulai dari dampak pencampuran dan pencocokan terhadap respon kekebalan mereka hingga menguji reaksi buruknya.

"Mungkin juga dengan menggabungkan vaksin, tanggapan kekebalan dapat ditingkatkan dengan memberikan tingkat antibodi yang lebih tinggi dan bertahan lama. Selain dievaluasi dalam uji klinis, kita tidak akan tahu," tutur Jonathan Van-Tam, wakil kepala petugas medis dan pejabat senior yang bertanggung jawab untuk penelitian tersebut.

Vaksin Oxford-AstraZeneca dan Pfizer dikembangkan menggunakan dua pendekatan berbeda. Vaksin dari Inggris tersebut menggunakan adenovirus yang dilemahkan dan vaksin Amerika/Jerman menggunakan teknologi baru messenger RNA (mRNA).

Belum jelas apakah memberikan dua vaksin yang sangat berbeda akan memberikan manfaat. Data yang kita miliki adalah tentang vaksin Sputnik V Rusia, yang 91% efektif dalam mencegah Covid-19 dan menggunakan dua versi vaksin yang sedikit berbeda untuk dua dosis terpisah.

Baca Juga: Satu Kali Suntikan Vaksin Pfizer Tak Bisa Lawan Virus Corona Afrika Selatan

Jika studi tersebut benar-benar menunjukkan bahwa pendekatan campur-dan-cocok memberikan manfaat besar, itu masih akan secara formal ditinjau dalam segi keamanan dan kemanjuran oleh Badan Pengatur Produk Kesehatan dan Obat-obatan (MHRA) sebelum digunakan untuk memvaksinasi sisa masyarakat.

Uji coba ini dijalankan oleh National Immunization Schedule Evaluation Consortium Inggris yang didanai oleh pemerintah dan akan berjalan selama 13 bulan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI