Suara.com - Plasma konvalesen diketahui mampu membantu proses penyembuhan pasien Covid-19. Penyintas Covid-19 bisa memberikan antibodi alami kepada pasien yang masih positif virus corona melalui terapi plasma konvalesen.
Tetapi, waktu terbaik memberikan terapi plasma konvalesen justru ketika seseorang masih dalam keadaan terinfeksi dan dalam kondisi berat, kata ketua Tim Mitigasi Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr. Moh. Adib Khumaidi. Sp.OT.
"Antibodi yang lebih baik itu terjadi pada kondisi yang berat. Jadi penyintas covid yang kondisi berat itu antibodinya sangat bagus, sangat tinggi untuk membantu dalam plasma konvalesen," jelas Adib dalam webinar 'Memahami Isolasi Mandiri di Rumah', Jumat (5/2/2021).
Jika penyintas Covid hanya dengan kondisi tanpa gejala, menurut Adib, antibodi yang terbentuk tidak terlalu tinggi. Meski begitu, sampai sekarang belum bisa dipastikan perbandingan tingkat efektivitas antibodi alami dengan yang terbentuk akibat suntikan vaksin.
Baca Juga: Kasus Harian Covid-19 di Kaltim Jumat 5 Februari Nyaris Tambah 800 Pasien
"Pada dasarnya antibodi yang akan terbentuk itu nantinya akan ada pemeriksaan untuk antibodinya pasca vaksinasi ataukah pasca terkena (infeksi). Jadi ada namanya titer antibodi. Perbandingannya itu memang tidak bisa dikatakan antibodi yang terbentuk saat infeksi akan lebih tinggi dibandingkan antibodi pasca vaksinasi," paparnya.
Lama waktu antibodi akan bertahan di dalam tubuh juga masih dibutuhkan banyak referensi, lanjut Adib. Beberapa pendapat menyebutkan antibodi Covid, terutama dari vaksin, hanya bertahan selama 3 bulan. Atau ada pula yang menyebutkan hingga enam bulan.
"Tapi sekali lagi ini belum bisa kita jelaskan sekarang karena masih butuhkan referensi tambahan. Tapi ini jadi satu hal yang perlu kita perhatikan nanti kapan vaksinasi covid akan dilakukan booster. Karena di beberapa kasus ada yang sudah terkena pasdahal sudah memiliki antibodi dalam tubuhnya," kata Adib.