Suara.com - Infertilitas atau gangguan kesuburan dialami 10 hingga 15 persen pasangan suami istri (Pasutri) usia reproduksi, padahal keduanya sudah melakukan hubungan seks normal dan tanpa kontrasepsi.
Pasangan disebut mengalami infertilitas jika, "Gagal mendapatkan kehamilan setelah melakukan hubungan seksual yang benar dan rutin selama satu tahun tanpa memakai alat kontrasepsi," ujar Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan dr. Aida Riyanti, Sp.OG-KFER, MRepSc saat memperkenalkan layanan RS Pondok Indah IVF Centre beberapa waktu lalu.
Infertilitas tidak selalu dari perempuan
Hal yang perlu diingat, gangguan kesuburan tidak selalu berasal dari pihak perempuan atau istri, bisa juga berasal dari suami. Itulah mengapa mengatasi infertilitas perlu kerjasama dua belah pihak, suami dan istri.
Baca Juga: Sering Disepelekan, Perempuan Perlu Waspada Gejala Infertilitas Ini
"Gangguan kesuburan dari faktor istri bisa disebabkan gangguan pematangan sel telur, sumbatan saluran telur, atau gangguan pada rahim, dan indung telur," jelas dr. Aida.
"Sedangkan dari faktor suami adanya masalah sperma, seperti jumlahnya yang terlalu sedikit, bentuk, gerakan, dan struktur DNA atau materi genetik sperma yang dimiliki," sambungnya.
Penanganan dan pengobatan infertilitas
Jika dokter sudah mendiagnosis dan terbukti adanya masalah infertilitas baik dari pihak suami atau istri. Langkah pertama yang dilakukan, keduanya harus berkonsultasi dan melakukan pemeriksaan apa penanganan tepat yang bisa dilakukan.
Berikut beberapa penanganan infertilitas yang bisa dilakukan di rumah sakit, salah satunya yang disediakan layanan RS Pondok Indah IVF Centre sebagai berikut:
Baca Juga: Pria Ayo Rajin Makan Wortel, Penuh Nutrisi Baik bagi Kesuburan
1. Terapi obat atau farmakologis.
Pada perempuan yang mengalami masalah ovulasi, pemberian obat hormonal yang memungkinkan sel telur menjadi matang dan berovulasi sehingga siap dibuahi oleh sperma.
Teknik ini juga disebut induksi ovulasi, yang juga bisa diberikan pada lelaki untuk meningkatkan produksi sperma. Nantinya terapi obat ini juga bisa dikombinasikan dengan tindakan lain seperti inseminasi dan bayi tabung.
2. Tindakan bedah PESA, MESA, TESA, TESE
Keempat tindakan bedah ini berbeda-beda tergantung dengan kondisi sperma yang dimiliki lelaki. PESA (Percutaneous Epididymal Sperm Aspiration) adalah tindakan pengambilan sperma dari epididymal, yaitu bagian organ penyimpan sperma di buah zakar.
MESA (Micro Epididymal Sperm Aspiration) adalah teknik pengambilan sperma dari buah zakar yang mengalami gangguan produksi atau adanya sumbatan pada saluran sperma.
TESA (Testicular Sperm Aspiration) yaitu tindakan karena tidak ditemukannya sama sekali keberadaan sperma dalam air mani lelaki, sehingga sperma diambil langsung dari sumbernya, yaitu buah zakar.
TESE (Testicular Sperm Extraction) yatu tindakan berupa sayatan kecil di buah zakar untuk mengambil sperma yang akan dibuahi ke sel telur.
3. Histeroskopi dan Laparoskopi
Ini adalah prosedur yang sedikit memasukkan alat ke rahim perempuan untuk mendiagnosis infertilitas. Biasanya dilakukan untuk mencari tahu penyebab keguguran berulang.
Tindakan histeroskopi membutuhkan alat berupa teleskop yang dimasukkan ke mulur rahim.
Sedangkan pada prosedur laparoskopi dilakukan dengan metode pembedahan dari perut langsung ke rahim, biasanya tindakan ini dilakukan untuk mendeteksi adanya kista, radang usus buntu, mioma dan lain sebagainya.
4. Intra Uterine Insemination (IUI)
Ini adalah prosedur di mana sperma yang berkualitas baik sudah disiapkan dan diambil dari proses alami atau melalui pembedahan buah zakar. Kemudian sperma langsung dimasukkan ke rongga rahim, sewaktu masa ovulasi perempuan berlangsung.
Sperma lalu akan berenang menuju tuba falopi dan membuahi sel telur sehingga dapat menghasilkan kehamilan.
5. In Vitro Fertilization (IVF)
Metode pembuahan IVF ini lebih dikenal dengan sebutan bayi tabung, karena seluruh proses pembuahan atau penyatuan antara sperma dan sel telur dilakukan di luar rahim, hingga menghasilkan embrio.
Embrio yang sudah terbentuk di luar rahim, akhirnya kembali dimasukkan ke dalam rahim calon ibu. Selanjutnya embrio berkembang menjadi janin dan terus tumbuh seperti kehamilan pada umumnya.