Pengusaha Kafe Protes, Kebijakan Jam Malam di Korea Selatan Digodok Ulang

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Jum'at, 05 Februari 2021 | 11:43 WIB
Pengusaha Kafe Protes, Kebijakan Jam Malam di Korea Selatan Digodok Ulang
Ilustrasi kota Seoul di Korea Selatan. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Korea Selatan tengah menggodok ulang kebijakan pembatasan wilayah, termasuk penerapan jam malam, setelah mendapat protes dari pengusaha kafe dan restoran.

Dilansir ANTARA, Perdana Menteri Korea Selatan Chung Sye-kyun pada Kamis memerintahkan perubahan pedoman jarak sosial dalam upaya untuk memenangkan dukungan publik yang lebih besar sebagai upaya menghentikan penularan lokal virus corona baru.

Sistem jarak sosial lima tingkat di negara itu telah menghadapi reaksi publik karena memberlakukan pembatasan dan jam malam yang tidak adil pada bisnis tertentu, termasuk larangan makan di restoran dalam ruangan setelah jam 9 malam.

"Daripada memperkenalkan pedoman secara sepihak, kami harus membuat aturan pencegahan virus bersama dengan publik," kata Chung dalam pertemuan pada Kamis.

Baca Juga: 4 Idol Komposer Populer Asal Cube Entertainment

Secara terpisah, otoritas kesehatan memperingatkan pada Kamis bahwa gelombang besar keempat dari infeksi yang disebabkan oleh varian virus corona Inggris dan Afrika Selatan yang lebih dapat menular tidak dapat dikesampingkan. Ada 39 kasus yang dikonfirmasi dari varian tersebut.

Sementara Korea Selatan memiliki keberhasilan awal dalam menahan virus tanpa penguncian yang drastis, pendekatan tambahan untuk jarak sosial dan pedoman yang lebih kaku dikritik untuk menahan gelombang ketiga penyebaran COVID-19.

Namun, pada saat yang sama, ratusan pemilik restoran dan kafe di seluruh negeri mengeluhkan dampak larangan tersebut terhadap bisnis mereka.

Pemilik pusat kebugaran yang dirugikan oleh pembatasan membuka kembali sebagai bentuk protes terhadap aturan jarak sosial yang ketat, menjelang pencabutan larangan baru-baru ini.

Korea Selatan memiliki salah satu proporsi wiraswasta tertinggi di dunia, sekitar 25 persen dari pasar kerja, membuatnya sangat rentan terhadap penurunan.

Baca Juga: Berangkat ke Korsel, Asnawi Mangkualam Diantar Aktris Cantik Ini ke Bandara

Pihak berwenang pada Minggu memperpanjang dua pekan sebagai persyaratan untuk mengamati jarak sosial dan mendesak kewaspadaan menjelang liburan Tahun Baru Imlek.

Menjelang liburan Tahun Baru Imlek, puluhan juta orang Korea biasanya bepergian ke seluruh negeri. Liburan dimulai pada 11 Februari.

Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA) melaporkan 7 kematian baru dan 451 kasus baru pada hari Rabu, dengan total 1.448 kematian dan 79.762 kasus secara keseluruhan.

Sebelumnya, Otoritas Korea Selatan berupaya menahan penularan COVID-19 yang berpusat di lingkungan sekolah-sekolah Kristen seiring dengan terjadinya lonjakan kasus baru--yang menjauhkan negara itu dari berakhirnya gelombang ketiga pandemi.

Sejumlah 297 kasus terlacak berkaitan dengan enam gereja dan sekolah yang dikelola oleh organisasi Kristen, kata pejabat kesehatan senior Korea Selatan, Yoon Tae-ho, dalam pemaparan media.

Lebih dari 100 kasus dikonfirmasi dalam semalam di antara orang-orang yang terkait dengan sebuah gereja dan sekolahnya di Gwangju, yang berjarak sekitar 270 kilometer dari Ibu Kota Seoul, menurut keterangan resmi. Sementara 171 kasus lainnya terkait dengan sekolah di Daejeon sejak 17 Januari.

Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea Selatan (KCDA) menyebut bahwa wabah di sekolah Kristen di Daejeon telah muncul beberapa lama sebelum akhirnya terdeteksi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI