Suara.com - Hamil anggur telah menjadi momok menakutkan bagi banyak perempuan yang tengah mengandung. Hamil anggur sendiri dikenal dengan istilah kehamilan mola atau mola hidatidosa.
Kehamilan mola merupakan komplikasi masa kehamilan yang ditandai dengan pertumbuhan abnormal trofoblas, sel yang berkembang menjadi plasenta. Kehamilan ini pada akhirnya, menyebabkan janin pada kandungan tidak berkembang sempurna.
Dikutip dari Mayo Clinic, kehamilan mola dibagi menjadi dua yaitu kehamilan mola lengkap dan kehamilan mola parsial.
Kehamilan mola lengkap terjadi saat jaringan plasenta tidak normal dan membengkak, seperti kista yang berisi cairan. Hal ini yang menyebabkan jaringan pada janin tidak berkembang.
Baca Juga: Terharu! Viral Reaksi Suami saat Tahu Istrinya Hamil Usai 5 Tahun Penantian
Sedangkan kehamilan mola parsial, terjadi saat tumbuhnya jaringan plasenta normal dan abnormal secara bersamaan. Oleh karena itu, janin tidak mampu bertahan hidup dan biasanya mengalami keguguran di awal kehamilan.
Kehamilan mola ini tampak normal pada awalnya, tetapi pertumbuhan janin di dalamnya tidak berkembang.
Masih dikutip dari Mayo Clinic, terdapat gejala-gejala tertentu yang bisa menandakan seseorang mengalami kehamilan mola, di antaranya:
- Perdarahan vagina berwarna coklat tua sampai merah cerah selama trimester pertama
- Mual dan muntah yang parah
- Terkadang kista mirip grapel melalui vagina
- Tekanan atau nyeri panggul
Tanda-tanda di atas biasanya diikuti dengan gejala lain saat melakukan pemeriksaan ke dokter. Gejala-gejala tersebut sepert:
- Pertumbuhan rahim yang cepat (kehamilan cepat membesar)
- Tekanan darah tinggi
- Preeklamsia, yaitu suatu kondisi yang menyebabkan tekanan darah tinggi dan protein dalam urin setelah 20 minggu kehamilan
- Kista ovarium
- Anemia
- Tiroid yang terlalu aktif (hipertiroidisme)
Kehamilan mola pada seseorang biasanya disebabkan oleh pembuahan sel telur secara tidak normal.
Baca Juga: 3 Zodiak Ini Diprediksi Hamil Tahun 2021, Ada yang Malah Belum Siap
Biasanya sel manusia mengandung 23 pasang kromosom yang berasal dari ayah dan ibu. Namun, pemberian kromosom ini tidak berjalan dengan baik, sehingga mengalami gangguan saat hamil.
Pada kehamilan mola lengkap, sel telur akan dibuahi oleh satu atau dua sperma ayah. Sementara, kromosom dari sel telur ibu hilang dan tidak aktif. Oleh karena itu pada janin hanya terdapat kromosom ayah sehingga tidak berkembang.
Pada kehamilan mola parsial, kromosom terdiri dari ibu dan dua set dari ayah. Hal ini menyebabkan embrio memiliki kromosom berlebih yaitu 69 yang seharusnya 46. Oleh karena itu, pembuahan ini menghasilkan salinan materi genetik ayah.
Seseorang yang telah mengalami kehamilan mola, setelah diangkat, terdapat kemungkinan jaringan mola tetap ada dan tumbuh. Hal ini disebut neoplasia trofoblas gestasional persisten (GTN).
Biasanya, kondisi ini terjadi sekitar 15 hingga 20 persen pada kehamila mola lengkap, dan 5 persen kehamilan mola parsial
Saat ibu mengalaminya, dokter menyarankan menunggu enam bulan hingga satu tahun untuk melakukan program kehamilan kembali. Hal ini untuk mencegah tumbuhnya kembali jaringan molar pada masa kehamilan. (Penulis: Fajar Ramadhan)