Terungkap, Studi Sebut Ada 4.000 Varian Baru Virus Corona Penyebab COVID-19

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Jum'at, 05 Februari 2021 | 07:57 WIB
Terungkap, Studi Sebut Ada 4.000 Varian Baru Virus Corona Penyebab COVID-19
ilustrasi - Dokter memegang botol ampul kaca yang mengandung sel molekul Coronavirus, strain virus UK baru, perubahan mutasi RNA COVID-19. ANTARA/Shutterstock/pri.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Studi terbaru dari Inggris mengungkap fakta terkait varian baru virus Corona. Diyakini, ada ribuan varian yang bisa menyebabkan seseorang terinfeksi Covid-19.

Dilansir ANTARA, Menteri Pengadaan Vaksin Inggris, Nadhim Zahawi, mengatakan terdapat sekitar 4.000 varian virus yang menyebabkan COVID-19 di seluruh dunia sekarang.

Ribuan varian dari jenis virus corona penyebab COVID-19 telah dilaporkan saat virus bermutasi, termasuk yang disebut varian Inggris, Afrika Selatan, dan Brasil, yang terlihat lebih mudah menyebar dibanding yang lain.

"Kemungkinan besar tidak seperti itu, bahwa vaksin saat ini tidak akan ampuh melawan varian-varian (virus), baik varian di Kent atau varian lainnya terutama jika berhubungan dengan penyakit parah dan rawat inap," katanya kepada Sky.

Baca Juga: Teliti Asal Usul Virus Corona, Tim WHO Bakal Teliti Gua Kelelawar di China

Ia menyebut semua produsen vaksin seperti Pfizer dan AstraZeneca sedang berupaya memperbarui vaksin buatan mereka secara berkala.

"Semua manufaktur, Pfizer-Biontech, Moderna, Oxford-AstraZeneca dan lainnya sedang mencari cara untuk memperbarui vaksin mereka guna memastikan bahwa kita siap menghadapi varian apa pun --ada sekitar 4.000 varian di seluruh dunia sekarang," paparnya.

Ketika ribuan varian muncul saat virus bermutasi saat replikasi, hanya minoritas yang sangat kecil yang kemungkinan menjadi penting dan mengubah virus secara signifikan, menurut Jurnal medis Inggris.

"Kita memiliki industri terbesar dalam mengurutkan genom -- kita mempunyai sekitar 50 persen dari industri sekuens genom dunia-- dan kita menjaga koleksi semua varian, sehingga kita siap untuk merespons --apakah di musim gugur atau setelahnya-- tantangan apa pun di mana virus kemungkinan muncul dan menghasilkan vaksin selanjutnya," kata Zahrawi.

Virus corona, yang dikenal oleh para ilmuwan sebagai SARS-CoV-2, telah menelan 2,2 juta korban jiwa di seluruh dunia sejak kemunculannya di China pada akhir 2019, menurut Sekolah Kedokteran Universitas Johns Hopkins.

Baca Juga: Resmi! Anggaran Penanganan Pandemi Covid-19 Naik Jadi Rp 254 Triliun

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI