Arti Deja Vu dari Sisi Psikologis, Benarkah Potongan Kehidupan Sebelumnya?

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Kamis, 04 Februari 2021 | 17:12 WIB
Arti Deja Vu dari Sisi Psikologis, Benarkah Potongan Kehidupan Sebelumnya?
Ilustrasi Deja Vu [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Setiap orang pasti pernah mengalami Deja vu dalam kehidupan. Deja vu berasal dari bahasa Prancis yang berati pernah dilihat.

Pada dasarnya, Deja vu merupakan kondisi di mana seseorang mengalami sensasi kejadian yang pernah dialaminya di masa lalu. Bahkan, beberapa mengaitkannya dengan ingatan dari kehidupan sebelumnya. Benarkah demikian?

Sebuah laporan oleh psikolog Universitas Negeri Colorado, Anne M. Cleary, dalam Current Directions in Psychological Science, sebuah jurnal dari Association for Psychological Science, menjelaskan, terjadinya kemiripan antara déjà vu dan pemahaman kita tentang memori pengenalan manusia.

Memori pengenalan manusia adalah jenis ingatan yang memungkian seseorang menyadari suatu peristiwa yang pernah terjadi sebelumnya.

Baca Juga: Indra Keenam Menurut Pandangan Psikologi, Apakah Semua Orang Memilikinya?

Ilustrasi deja vu. (pixabay)
Ilustrasi deja vu. (pixabay)

Otak akan bekerja mengingat hal-hal yang pernah terjadi di masa lalu. Hal ini akan membuat otak mengenali sebuah kejadian, tetapi tidak mengingat kapan dan di mana hal itu terjadi.

Hal ini bisa terjadi secara tiba-tiba di mana otak akan merespons pengenalan terhadap peristiwa yang sedang berlangsung.

Berdasarkan eksprerime Cleary, Deja vu dapat diidentifikasikan karena adanya sesuatu yang dilihatnya. Namun, orang tersebut tidak dapat mengidentifikasi apa sebeneranya hal tersebut. dengan kata lain orang akan menyimpan sedikit memori mengenai suatu hal, tetapi tidak begitu jelas.

Oleh karena itu, ketika merasakan hal tersebut, ia tidak dapat mengingat peristiwa yang sebenarnya terjadi, melainkan hanya merasa pernah melakukannya.

Oleh karena itu, seseorang yang mengalami Deja Vu akan merasa dirinya pernah hidup pada kejadian sebelumnya. Padahal, ia hanya mengingat sebagian kecil ingatannya dengan sesuatu yang mirip dengan peristiwa yang sedang terjadi.

Baca Juga: Penggunaan Ponsel Secara Berlebihan Memengaruhi Otak dan Psikologis Anak

Menurut Senior Research Associate di UNSW, Dr Amy Reichelt, Deja vu disebabkan oleh ketidakcocokan memori yang menyebabkan seseorang merasa bahwa dirinya telah mengalami suatu peristiwa yang benar-benar baru.

Dalam psikologi, otak dianggap memiliki dua sistem memori, jangka panjang dan pendek. Hal ini memiliki kapasitas yang berbeda terhadap masuknya informasi yang ada.

Pada memori jangka panjang, seseorang memiliki apa yang bisa menjadi kapasitas informasi yang tak terbatas. Memori jangka panjang menyimpan pengetahuan tentang episode yang membentuk hidup seseorang dan dapat diingat kembali secara detail.

Sedangkan memori jangka pendek, kapasitasnya terbatas. Informasi dalam memori jangka pendek dilupakan dengan cepat kecuali ditransfer ke penyimpanan memori jangka panjang. Hal ini bergantung kepada bagaimana seseorang menyimpan ingatan tersebut.

Pada kasus Deja Vu, informasi yang diterima berada pada memori jangka pendek. Namun, hal tersebut tidak disimpan ke dapan memori jangka panjang. Hal itu akan membuat ketika muncul peristiwa yang mirip, akan membuat ingatan tersebut muncul, tetapi tidak secara jelas.

Oleh karena itu, seseorang hanya akan merasa pernah merasakannya, tetapi tidak bisa mengidentifikasi hal tersebut. (Fajar Ramadhan)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI