Miris, Kematian Kanker Paru Indonesia Tertinggi Se-Asia Tenggara

Kamis, 04 Februari 2021 | 07:55 WIB
Miris, Kematian Kanker Paru Indonesia Tertinggi Se-Asia Tenggara
Ilustrasi kanker paru. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Hari Kanker Sedunia atau World Cancer Day diperngati tanggal 4 Februari setiap tahunnya. Mirisnya jumlah penderita kanker, terutama di Indonesia masih belum bisa dikatakan menurun. 

Bahkan, kasus kematian karena kanker paru di Indonesia tertinggi se-Asia Tenggara. Merujuk data Global Burden of Cancer Study (GLOBOCAN), tahun 2018, setiap tahun sebanyak  26.069 orang di Indonesia meninggal karena kanker paru, dengan 30.023 kasus baru.

Kanker paru menyumbang kematian 19,3 persen di Indonesia karena kanker. Mirisnya, menurut Dokter Spesialis Paru RS Premier Jatinegara, dr. Kasum Supriadi Sp.P pasien kanker paru stadium 4 rata-rata meninggal dalam waktu kurang dari 6 bulan.

"Oleh sebab itu, jika terdapat gejala yang mengarah ke kanker paru haruslah segera diobati. Pasien yang mengidap stadium 4 memiliki angka progresifitas (stadium lanjut) yang cepat," ujar dr. Kasum berdasarkan siaran pers Sequis yang diterima suara.com, Rabu (3/2/2021).

Baca Juga: Hari Kanker Sedunia, Wajib Tahu Perbedaan Antara Kanker dan Tumor

Ilustrasi kanker paru. [Shutterstock]
Ilustrasi kanker paru. [Shutterstock]

Dokter Kasum mengajak masyarakat ikut terlibat aktif menurunkan prevalensi kanker paru dengan meningkatkan literasi kesehatan soal kanker, khususnya kanker paru.

Mulai dari mengetahui gejala walaupun tidak semua kanker menunjukkan gejala dini, tahapan penyembuhan, hingga cara kita memperlakukan pasien kanker demi membantu proses penyembuhannya.

Beberapa gejala umum kanker paru ditandai dengan batuk yang tidak kunjung sembuh atau batuk kronis yang semakin parah hingga mengeluarkan darah, terasa nyeri pada bagian dada, punggung, atau bahu, mengalami sesak napas, serta berat badan menurun drastis.

"Untuk menentukan pasien menderita kanker paru perlu dilakukan diagnosa pasti, yaitu jika ada sel tumor yang bisa terdapat pada pada saluran pernapasan, parenkim paru, atau pada pembungkus paru," jelas dr. Kasum.

Selain itu keluarga pasien kanker paru juga harus selalu memberikan dukungan untuk membantu proses keluarga. Khususnya apa saja yang menjadi keluhan pasien, untuk mengetahui kemajuan atau kemunduran kesehatan pasien.

Baca Juga: Selama Pandemi, Banyak Pasien Kanker di DIY Gagal Operasi

Dr. Kasum menyarankan agar keluarga memastikan suplai oksigen pasien dengan cara memantau tanda vital pernapasan, tensi, suhu, nadi, dan saturasi oksigen.

"Jika terlihat perubahan yang menurun maka segera konsultasikan ke dokter agar dokter dapat menentukan apakah pasien perlu mendapat perawatan intensif di rumah sakit atau tidak," pungkas dr. Kasum.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI