Kisah Mendiang Profesor Andrew Brooks, Penemu Tes Saliva Pendeteksi Corona

Rabu, 03 Februari 2021 | 12:41 WIB
Kisah Mendiang Profesor Andrew Brooks, Penemu Tes Saliva Pendeteksi Corona
Tes Air Liur atau Ludah. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dalam dunia sains atau penelitian, Profesor Andrew Brooks bukan nama sembarangan, khususnya keberhasilannya menemukan tes saliva untuk mendeteksi Covid-19.

Tes saliva adalah metode menegakkan diagnosa Covid-19 yang cukup hanya menggunakan air liur. Metode tes ini sudah disetujui dan diakui Badan Pengawasan Obat (BPOM) Amerika Serikat, yaitu FDA.

Metode tes saliva ini sudah dilakukan sejak April 2020 lalu dan dilakukan kepada lebih dari 4 juta orang.

Itulah mengapa Prof. Andrew juga disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, yang bekerja keras untuk menyudahi pandemi Covid-19.

Baca Juga: Waspada, Pakai Air Liur untuk Pelumas saat Bercinta Justru Berbahaya!

Mendiang Profesor Andrew Brooks (Dok. Universitas Rutgers/ Nick Romanenko)
Mendiang Profesor Andrew Brooks (Dok. Universitas Rutgers/ Nick Romanenko)

Kepergian Prof. Andrew pada 23 Januari 2021 lalu menimbulkan luka mendalam. Profesor kelahiran Bronxville New York, Februari 1969 itu menghembuskan nafas terakhirnya karena mengalami serangan jantung, seperti mengutip The Scientist, Rabu (3/2/2021).

Alih-alih besar di New York, Prof. Andrew justru besar di wilayah tetangga yakni New Jersey.

Ia kuliah di Universitas Cornell untuk mengejar karir sebagai dokter. Tapi setelah bekerja sebagai pemagang di Memorial Sloan Kettering Cancer Center, ia bertekad mempelajari tentang penyakit infeksi manusia.

Pada tahun 2000, lelaki yang menutup mata di usia 51 itu berhasil menyabet gelar PhD atau predikat doktor di bidang mikrobiologi dan imunologi University of Rochester.

Setelah lulus dan mendapat gelar profesor, selama 4 tahun ia menjadi direktur medis di fasilitas kesehatan University of Rochester.

Baca Juga: Bukan Mitos, Mengusap Luka Pakai Air Liur Memang Terbukti Menyembuhkan

Akhirnya di 2005 ia kembali ke New Jersey dan bertugas sebagai direktur Bionomics Pusat Riset dan Teknologi, yaitu sebuah intitusi penelitian gabungan antara Rutgers University dan beberapa lembaga medis lainnya.

Selama itu pula, ia dan rekan penelitinya berhasil membuat produk yang dikembangkan dari ilmu pengetahuan sains. Produk tersebut diperjualbelikan dan dijadikan bisnis.

Hingga pada 2018, Prof. Andrew berkontribusi dalam perusahaan besutan Rutgers University di bidang sains yang meneliti tentang sampel penyakit bernama RUCDR Infinite Biologics.

Di RUCDR inilah ia merancang tes saliva untuk melihat DNA, enzim dan penyakit dari ludah manusia, termasuk belakangan tes ini diujicoba pada sakit Covid-19.

"Kami bekerja dengan tantangan setiap harinya mengunakan air liur, dan (Covid-19) adalah salah satu target sampel baru untuk diuji dan dideteksi," ujar Prof. Andrew.

Sebelumnya Menteri Riset dan Teknologi atau Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/ Kepala BRIN) Profesor Bambang Brodjonegoro sedang mempertimbangan penggunaan metode tes saliva untuk menguji Covid-19.

Dengan begitu, proses testing dianggap bisa lebih cepat dan pengambilan lebih mudah, karena hanya menggunakan air liur.

"Di tahun 2021 ini di dalam rangka mempercepat dan memperluas tes PCR, kami sedang melakukan penelitian untuk mengganti swab dengan saliva. Saliva adalah air liur, sedangkan swab itu adalah cairan yang diambil dari belakang hidung kita," ujar Prof. Bambang dalam diskusi virtual ILUNI UI beberapa waktu lalu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI