Suara.com - Ahli penyakit menular terkemuka di negara Amerika Serikat, Dr. Anthony Fauci, mengatakan pada Senin (1/2/2021) bahwa sekitar 10.000 wanita hamil di AS telah divaksinasi sejak Food and Drug Administration (FDA) mengesahkan dua vaksin, yakni Pfizer dan Moderna.
Sejauh ini belum terlihat ada 'tanda bahaya' pada vaksinasi Covid-19 wanita hamil. "Kami sudah banyak ibu hamil divaksinasi. FDA memantau mereka dan akan terus memantaunya," katanya dalam pertemuan media IAS COVID-19 Conference: Prevention
"Meskipun kami tidak memiliki data yang bagus tentangnya, data yang kami kumpulkan sejauh ini tidak menunjukkan tanda bahaya," demikian jelasnya dilansir dari USA Today.
Pedoman Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengatakan keputusan untuk divaksinasi tergantung pada ibu dengan berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatannya. Fauci mengatakan badan tersebut berpegang pada rekomendasi itu.
Baca Juga: Viral Tawarkan Vaksin Covid-19 Moderna Hingga Novovax, RS Pelni Klarifikasi
Namun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperbarui rekomendasi pada Jumat (27/1/2021) yang tampaknya bertentangan dengan badan dan organisasi AS.
Pedoman WHO mengatakan wanita hamil dapat divaksinasi hanya jika mereka berisiko tinggi terpapar virus corona, seperti bekerja di layanan kesehatan, atau memiliki kondisi medis mendasar yang membuat mereka berisiko terkena penyakit parah.
"Kami menyadari bahwa rekomendasi yang bertentangan dari WHO dapat meresahkan banyak orang hamil yang saat ini bergulat dengan keputusan apakah akan divaksinasi," kata Dr. Christopher Zahn, wakil presiden kegiatan praktik ACOG.
Zahn mencatat bahwa meski tidak ada data keamanan, bukti awal dari penelitian pada hewan telah membuat para ahli percaya bahwa seharusnya tidak ada efek berbahaya pada janin atau reproduksi wanita.
Selain itu, vaksin mRNA seperti yang dibuat oleh Pfizer-BioNTech dan Moderna tidak mengandung virus hidup yang dapat membuat seseorang sakit. MRNA, kode genetik yang menginstruksikan sel untuk membuat apa yang disebut protein berduri yang memicu respons imun juga tidak memasuki nukleus dan tidak dapat menyebabkan perubahan genetik apa pun.
Baca Juga: Sekolah Dibuka Awal Maret, Guru di Turki Akan Divaksin Covid-19 Lebih Dulu
“Oleh karena itu, setiap orang harus membuat keputusan terbaik untuk dirinya sendiri, dalam hubungannya dengan tim perawatan klinis jika memungkinkan, berdasarkan informasi dan data yang tersedia saat ini,” kata Zahn.
Alasan kurangnya data keamanan adalah karena wanita hamil dikeluarkan dari uji coba vaksin Pfizer-BioNTech dan Moderna. Namun, meski data tentang vaksin masih sedikit, beberapa penelitian sudah menunjukkan bahaya Covid-19 di antara wanita hamil.
Menurut sebuah penelitian CDC yang diterbitkan pada bulan November, wanita hamil berusia 35 hingga 44 tahun dengan Covid-19 hampir empat kali lebih mungkin memerlukan ventilasi invasif dan dua kali lebih mungkin untuk meninggal daripada wanita tidak hamil pada usia yang sama.
Sebuah studi yang lebih baru dari University of Utah Health juga menemukan bahwa wanita hamil yang sakit parah atau kritis akibat Covid-19 berisiko lebih besar meninggal dan mengalami komplikasi kehamilan yang serius dibandingkan dengan wanita hamil yang asimtomatik atau memiliki gejala ringan.