Suara.com - Beberapa bulan terakhir, beberapa pasien Covid-19 dilaporkan ada yang mengalami diare sebagai salah satu gejalanya. Namun dikatakan dokter spesialis penyakit dalam dr. Duddy Mulyawan Djajadisastra. Sp.PD, diare sebenarnya bukan termasuk gejala khas dari infeksi Covid-19.
"Secara umum, gejala pasien Covid-19 itu cuma tiga yang paling besar. Biasanya demam, batuk kering disertai sakit tenggorok, ketiga kelelahan lumayan berat. Tapi, beberapa hal lain perlu kita waspadai juga sebagai gejala Covid-19," katanya.
Diare biasanya dikaitkan dengan makanan yang dikonsumsi. Umumnya terjadi setelah seseorang mengonsumsi makanan yang terlalu pedas atau tidak terjaga kebersihannya. Secara medis, diare disebabkan karena adanya infeksi. Tetapi, menurut dokter Duddy, diare juga bisa terjadi jika ada gangguan pada saluran cerna.
"Gangguan pada saluran cerna akibat makanan yang dikonsumsi dalam jumlah banyak sehingga tubuh tidak dapat melakukan detoksikasi," jelas dokter Duddy seperti dikutip dari siaran Radio Kesehatan Kemenkes, Rabu (3/2/2021).
Baca Juga: Viral Tawarkan Vaksin Covid-19 Moderna Hingga Novovax, RS Pelni Klarifikasi
Selain itu, diare juga bisa disebabkan jika seseorang mengonsumsi makanan yang baru pertama kali dimakan. Kondisi itu bisa menyebabkan diare karena enzim dalam saluran cerna tidam mampu mengubah laktosa menjadi glukosa, demikian dijelaskan dokter Duddy.
Nah, gejala diare yang dialami pasien Covid-19, seperti mual dan kembung, umumnya sama saja seperti gejala diare biasa. Sehingga, jika bukan karena pemeriksaan tes swab PCR, agak sulit membedakan keduanya.
Hanya saja, dokter Duddy menerangkan bahwa frekuensi BAB atau buang air besar pada pasien Covid-19 yang mengalami diare tidak terlalu banyak.
"Sedangkan pada diare klasik, frekuensi BAB umumnya akan lebih sering dan banyak. Terkait dengan rasa panas dan sakit di dada, seperti asam lambung cukup tinggi, tidak selalu muncul," ujarnya.
Mengenai hubungan antara Covid-19 dan gejala diare, dokter Duddy menjelaskan bahwa meski virus Corona SARS Cov-2 umumnya menyerang saluran pernapasan, tetapi juga bisa menyebar pada jaringan sel di organ lain. Hal ini lantaran virus corona punya kemampuan menempel pada reseptor ACE-2 yang terdapat di beberapa sel organ, dan bukan hanya sistem pernapasan.
Baca Juga: Geger Beredar 3.000 Dosis Vaksin COVID-19 Palsu, Isinya Air Garam
"Ada tempat nempelnya virus itu ACE 2. Begitu masuk, maka virus bisa lakukan infeksi artinya penetrasi ke dalam sel, lakukan replikasi, sampai akhirnya sel itu pecah dan virus menyebar ke seluruh tubuh. Selain itu, reseptor ACE 2 tadi selain pada saluran pernapasan juga ada di saluran pencernaan," tuturnya.