Afrika Selatan Terima Dosis Vaksin COVID-19 Pertama, Buat Siapa?

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Selasa, 02 Februari 2021 | 11:43 WIB
Afrika Selatan Terima Dosis Vaksin COVID-19 Pertama, Buat Siapa?
Pandemi Covid-19 di Afrika. (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Afrika Selatan akan mendapatkan dosis pertama vaksin COVID-19, setelah sempat mengkritik negara-negara kaya yang disebut menimbun vaksin.

Dilansir ANTARA, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa menyambut baik kedatangan kelompok pertama dosis vaksin COVID-19 pada Senin (1/2) sebagai kesempatan untuk membalikkan keadaan dari penyakit yang telah menghancurkan negara itu.

Begitu pengujian kelompok pertama itu selesai, suntikan pertama akan dilakukan pada kalangan petugas kesehatan, yang memperlihatkan ketegangan selama gelombang kedua infeksi serta mengkritik pemerintah karena tidak mengamankan pasokan lebih cepat.

Ramaphosa dan pejabat tinggi lainnya berada di bandara internasional OR Tambo untuk menerima satu juta dosis vaksin AstraZeneca, yang diproduksi oleh Serum Institute of India (SII).

"Kedatangan vaksin ini mengandung janji bahwa kita dapat membalikkan keadaan penyakit ini, yang telah menyebabkan begitu banyak menimbulkan kerusakan dan kesulitan di negara kita dan di seluruh dunia," kata Ramaphosa dalam pidatonya.

Dosis-dosis yang tiba pada Senin akan diperiksa kira-kira 10 hingga 14 hari sebelum vaksinasi dapat dimulai.

SII akan mengirim 500.000 dosis lagi akhir Februari. Tetapi, lebih banyak dosis akan dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan vaksinasi 1,25 juta pekerja kesehatan Afrika Selatan karena vaksin AstraZeneca/Universitas Oxford diberikan dalam dua dosis.

Afrika Selatan telah mencatat infeksi dan kematian COVID-19 terbanyak di benua Afrika.

Afsel sejauh ini mencatat lebih dari 1,4 juta kasus dan lebih dari 44.000 kematian.

Baca Juga: Dinkes: 11.064 Tenaga Kesehatan di Sumut Telah Divaksin Covid-19

Sejak akhir 2020, Afrika Selatan bergulat memerangi varian virus yang lebih menular bernama 501Y.V2, yang juga telah terdeteksi di negara-negara di Eropa, Amerika, dan Asia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI