Hari Kusta Sedunia 2021, Kasus Kusta Anak di Indonesia Sulit Dideteksi

Sabtu, 30 Januari 2021 | 15:26 WIB
Hari Kusta Sedunia 2021, Kasus Kusta Anak di Indonesia Sulit Dideteksi
Hari Kusta Internasional. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Memperingati Hari Kusta Sedunia 2021 yang jatuh pada Minggu, 31 Januari 2021, Kementerian Kesehatan RI mengungkap ada 16.704 kasus kusta aktif di Indonesia. Mirisnya, dari jumlah tersebut, 9,4 persen di antaranya kasus kusta anak.

Kusta atau lepra adalah penyakit infeksi bakteri Mycobacterium leprae kronis yang menyerang jaringan kulit, saraf tepi, hingga saluran napas. Biasanya ditandai melemahnya atau mati rasa pada tungkai tangan, kaki, dan diikuti lesi di kulit.

"Yang perlu dilihat proporsi kasus baru pada anak, ini 9,4 persen angkanya cukup tinggi, karena masih ada penularan kasus kusta pada anak," ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kemenkes RI dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid dalam acara temu media, Jumat (29/1/2021).

Menurut Nadia, adanya kasus kusta pada anak ini menunjukkan tingginya prevalensi kusta di daerah tersebut. Biasanya anak tertular dari orang terdekat yang tinggal di rumah atau pengasuh yang ternyata menderita kusta.

Baca Juga: India Teliti Manfaat Obat Kusta untuk Pengobatan Kanker, Ampuhkah?

Untuk menemukan kasus kusta aktif pada anak biasanya petugas kesehatan dari puskesmas atau dinas setempat mendatangi sekolah. Tapi akibat kegiatan pembelajaran jarak jauh atau PJJ selama pandemi, hal ini menghambat penanganan penyakit kusta.

Data Direktorat P2PML Kemenkes menunjukkan prevalensi kusta pada 2018 adalah 6,42 persen, 2019 sebesar 6,50 persen, namun pada 2020 hanya sebesar 3,34 persen kasus baru per 100.000 penduduk.

Di mana sepanjang 2020 hanya ditemukan 9.000 kusta aktif. Diperkirakan kasus kusta masih banyak yang tidak terlapor atau tidak terdeteksi, termasuk kusta pada anak.

"Memang untuk tahun 2021 kita sedang melakukan strategi baru khusus, bagaimana mendeteksi dini di anak sekolah. Walaupun kegiatan belajar mengajarnya masih dalam PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh), jadi kami akan fokus dulu ke kabupaten kota yang sudah menerapkan anak belajar di sekolah," ungkap Prima Yosephine Hutapea, MKM, Plt Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Kemenkes RI.

Sedangkan untuk sekolah yang belum membuka sekolah tatap muka, Kemenkes akan lebih dulu melatih petugas atau kader kesehatan yang terjun ke masyarakat dan melakukan sosialisasi.

Baca Juga: Sama-sama Menular, Ini Bedanya Kusta Basah dan Kusta Kering

"Kader ini yang akan masuk ke keluarga, untuk mensosialisasikan ditemukan bercaknya, diamati apakah ada tidak terasa, bagaiamana sensitivitasnya, kita tingkatkan," tutup Prima.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI