Suara.com - Ilmuwan dari Universitas Oxford dan Birmingham, Inggris pekan lalu menerbitkan penelitian yang menggambarkan bagaimana suasana hati remaja dapat dipengaruhi oleh orang lain di sekitar mereka.
Dalam studinya mereka juga menemukan bahwa ketika seorang remaja menangkap suasana hati yang buruk dari temannya, pandangan teman tersebut akan ceria sehingga dapat menghiburnya.
Temuan ini juga didukung oleh beberapa studi pada 1990-an tentang konsep penularan emosi. Hipotesisnya adalah emosi manusia selaras dengan orang-orang di sekitarnya, baik secara sadar atau tidak.
Umumnya manusia akan meniru ekspresi, vokalisasi, dan gerakan orang lain. Pada tingkat paling dasar, jika seseorang senang dan tersenyum kepada kita, tindakan membalas senyuman itu akan meningkatkan suasana hati kita.
Baca Juga: Minta Hutang Tak Dituruti, Tingkah Pria Ini Bikin Warganet Emosi
Penularan emosi juga terjadi di media sosial, lapor The Guardian.
Pada 2014, Facebook digunakan beberapa peneliti dengan memanipulasi konten emosional dari 700.000 berita pengguna, peneliti menemukan bahwa pengguna yang terpapar konten negatif akan lebih banyak membagikan unggahan negatif juga.
Eksperimen tersebut menunjukkan bahwa interaksi pribadi dan petunjuk non-verbal tidak diperlukan untuk penularan emosional.
Menurut Elaine Hatfield dari University of Hawaii, ada faktor-faktor yang meningkatkan keterbukaan kita terhadap penularan emosi.
Misalnya, perasaan kita memiliki hubungan dengan seseorang, terampil membaca petunjuk non-verbal, memiliki kecenderungan meniru orang, dan kesadaran dan kemampuan kita untuk membaca keadaan emosi kita.
Baca Juga: Penjual Ngotot Ukuran Bunga 4 Cm, Cara Mengukurnya Bikin Publik Emosi Jiwa
Sebuah penelitian yang terbit dalam SAGE Journals menunjukkan bahwa wanita lebih rentan terhadap penularan emosi daripada pria.