Sering Kejang? Waspada Bisa Jadi Gejala Epilepsi

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Jum'at, 29 Januari 2021 | 18:45 WIB
Sering Kejang? Waspada Bisa Jadi Gejala Epilepsi
Ilustrasi epilepsi. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Epilepsi merupakan gangguan sistem saraf pusat (neurologi) yang membuat otak menjadi tidak normal sehingga menyebabkan kejang atau perilaku tidak biasa, bahkan kehilangkan kesadaran pada seseorang. Biasanya sebelum mengalami kejang, pandangan mata orang tersebut kosong seperti sedang melamun.

Dilansir dari mayoclinic, epilepsi biasanya disebabkan oleh berbagai hal. Namun, pada beberapa kasus epilepsi sulit untuk ditebak penyebabnya. Oleh karena itu, biasanya akan dicari tahu berbagai penyebab orang tersebut mengalami epilepsi. Biasanya berbagai penyebab tersebut di antaranya:

1. Pengaruh genetik

Ilustrasi epilepsi

Beberapa orang yang menagalami epilepsi biasanya terjadi karena faktor genetik di dalam keluarga. Hal ini yang membuat pengaruh sehingga tubuh menjadi kejang secara tiba-tiba. Peneliti telah mengaitkan beberapa jenis epilepsi dengan gen tertentu. Hasil penelitian ditemukan, untuk beberapa gen tertentu dapat membuat seseorang lebih peka terhadap kondisi lingkungan yang memicu kejang.

Baca Juga: Pola Makan yang Baik Bagi Penderita Epilepsi untuk Mencegah Kekambuhan

2. Trauma kepala

Seseorang yang mengalami trauma kepala akibat kecelakaan mobil atau cedera traumatis lainnya dapat menyebabkan epilepsi. Hal ini karena benturan yang terjadi membuat sistem saraf menjadi rusak sehingga menyebabkan kejang.

3. Kondisi otak

Kondisi otak dapat menjadi penyebab seseorang mengalami epilepsi. Biasanya hal ini terjadi karena ada yang menyebabkan kerusakan pada otak, seperti tumor otak atau stroke. Dikatakan, stroke adalah penyebab utama epilepsi pada orang dewasa yang berusia di atas 35 tahun.

4. Penyakit menular

Baca Juga: Korban Gas Beracun di Malaysia: Trauma Psikologis dan Kejang Otot Berulang

Penyakit infeksi, seperti meningitis, AIDS dan virus ensefalitis, dapat menyebabkan epilepsi. Hal ini karena penyakit-penyakit tersebut dapat menyerang sistem saraf pada tubuh sehingga membuatnya rusak dan menyebabkan epilepsi.

5. Cedera prenatal

Epilepsi bisa terjadi akibat kerusakan otak sebelum lahir. Biasanya, hal ini terjadi karene infeksi pada ibu, gizi buru, atau kekurangan oksigen saat hamil. Hal itu berpengaruh kepada perkembangan otak anak dan menyebabkan epilepsi.

6. Gangguan mental

Epilepsi terkadang dapat dikaitkan dengan gangguan perkembangan mental seseorang, seperti autisme dan neurofibromatosis.

Pada dasarnya epilepsi disebabkan karena kerusakan atau aktivitas abnormal yang terjadi di otak. Jika hal itu terjadi biasanya orang akan menunjukkan berbagai gejala, di antarannya:

  •   Kebingungan sementara
  •  Melamun
  • Gerakan menyentak tak terkendali pada lengan dan kaki
  •  Kehilangan kesadaran
  •  Gejala psikis seperti ketakutan, kecemasan atau deja vu

Saat mengalami kejang, seseorang yang mengalami epilepsi sangat berisiko membahayakan orang lain dan dirinya sendiri. Berikut beberapa hal yang bisa terjadi kepada seseorang yang mengalami epilepsi:

  1.  Seseorang yang mengalami epilepsi sangat berisiko mengalami jatuh saat kejang. Hal ini dapat membuat tubuhnya terluka karena gesekan atau benturan. Lebih parahnya hal ini bisa menyebabkan gegar otak dan patah tulang.
  2.  Penderita epilepsi berisiko tenggelam saat dirinya berada di air. Hal ini karena bisa saja ia mengalami kejang saat sedang berenang.
  3.  Seseorang yang mengalami epilepsi bisa berisiko mengalami kecelakaaan. Hal ini karena dirinya kehilangan kesadaran. Tidak hanya membahayakan dirinya, hal ini juga berdampak pada pengendara lain.
  4. Untuk perempuan yang mengalami epilepsi saat hamil dapat menyebabkan bahaya bagi ibu dan bayi. Hal ini dapat menyebabkan komplikasi kehamilan yang menyebabakan risiko cacat lahir. Selain itu, bisa juga menyebabkan keguguran.
  5.  Seseorang yang mengalami epilepsi cenderung mengalami gangguan emosional seperti depresi, kecemasan, dan stres yang berlebih. Hal ini bisa berisiko untuk dirinya melakukan bunuh diri.

Jika seseorang pernah mengalami epilepsi, diharapkan untuk menghubungi dokter agar mendapat perawatan. Hal ini sangat berguna untuk mencegah risiko-risiko yang dapat membahayakan dirinya dan orang lain. 

(Penulis:Fajar Ramadhan)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI