Dikutip dari laman India Today, Zhang Wenhong dari Rumah Sakit Huashan di Shanghai mengatakan bahwa swab anal tersebut dapat membantu meminimalkan risiko kambuh pasca pemulihan.
Pada tahun lalu, dalam sebuah penelitian yang diterbitkan oleh jurnal Future Microbiology, sekelompok peneliti China menemukan bahwa beberapa pasien Covid-19 mengalami infeksi virus usus yang aktif dan berkepanjangan. Bahkan ketika mereka tidak menunjukkan gejala gastrointestinal sama sekali.
Fakta-fakta swab anal selanjutnya adalah, metode ini digunakan setelah seorang bocah laki-laki berusia 9 tahun positif terinfeksi varian baru Corona Inggris pada bulan lalu. Sebenarnya, metode ini sudah mulai digunakan sejak tahun lalu, akan tetapi metode swab hidung dan tenggorokan masih digunakan sebagai metode tes Corona yang paling populer.
5. Kombinasi tes anal swab dan swab hidung-tenggorokan
Dalam sebuah wawancara dengan seorang reporter dari The Beijing News, dr Li Dong, wakil kepala dokter, Departemen Penyakit Menular di Rumah Sakit You'an Beijing, menjelaskan bahwa pada akhir tahun lalu, banyak pasien yang reaktif pada saat melakukan tes di tenggorokan dan hidung kemudian mereka menerima hasil positif dari tes anal swab.
Kombinasi metode ini dapat meningkatkan tingkat deteksi dan mengurangi proporsi diagnosis yang mungkin terlewat.
Namun, meskipun hasil false negative rendah, proses pendeteksian juga lebih kompleks, sehingga pengujian hanya dapat dilakukan pada populasi tertentu yang untuk saat ini.
Termasuk individu yang dikarantina dan orang-orang yang tinggal dan bekerja di zona risiko tinggi. Jadi, tidak sembarangan orang bisa berkesempatan untuk mendapatkan swab anal ini.
Baca Juga: Lagi, 2 Calon Penumpang di Bandara Hasanuddin Pakai Surat Swab Palsu
Seperti itulah fakta-fakta swab anal yang menarik untuk diketahui. Apakah kalian bersedia jika harus dilakukan tes anal swab?