Suara.com - Sebuah studi baru yang terbit dalam jurnal PLOS Medicine menemukan bahwa glukokortikoid, sejenis obat steroid, meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular pada beberapa orang.
Berdasarkan temuan yang dipublikasikan pada 3 Desember 2020, risiko masalah kardiovaskular hampir dua kali lipat pada pasien yang menggunakan steroid dosis rendah dan meningkat pada pasien yang menggunakan dosis tinggi dalam jangka waktu lama.
Melansir Verywell Health, peneliti meninjau 87.794 rekam medis dari Inggris antara 1998 dan 2017. Usia subjek rata-rata adalah 56 tahun, dan 34% adalah laki-laki.
Dalam data, pasien menerima steroid untuk setidaknya satu dari kondisi seperti polymyalgia rheumatica, penyakit radang usus, lupus, rheumatoid arthritis, atau vaskulitis.
Baca Juga: Bisakah Obat Tradisional China Atasi Virus Corona Covid-19? Ini Kata Studi
Beberapa kejadian terkait kardiovaskular yang dialami pasien meliputi:
- Serangan jantung
- Gagal jantung
- Fibrilasi atrium
- Penyakit arteri perifer
- Stroke
- Aneurisma aorta abdominal
Glukokortikoid adalah sejenis steroid yang digunakan untuk mengobati kondisi yang berhubungan dengan peradangan.
Banyak penerima transplantasi menggunakan obat ini untuk mencegah penolakan organ atau jaringan.
Penggunaan glukokortikoid dalam jangka pendek umumnya digunakan oleh penderita reaksi alergi, asma, dan peningkatan COPD. Obat inimembantu mengatur proses metabolisme, kekebalan, dan peradangan dalam tubuh.
Untuk pasien yang kondisinya memerlukan penggunaan steroid jangka panjang, penting untuk berbicara dengan dokter tentang risiko perawatan.
Baca Juga: Studi: Obat Diabetes Mungkin Turunkan Risiko Kematian Covid-19
"Pasien dan dokter harus berdiskusi. Tanyakan 'berapa lama saya harus menggunakan obat ini? Apakah ada waktunya saya menurunkan dosis?'. Penting bagi pasien untuk memahami mengapa steroid diperlukan dan memantau respons obat terhadapnya," jelas Sonal Chandra, MD, ahli jantung bersertifikat dan asisten profesor di departemen penyakit dalam di Rush Medical College di Illinois.