Suara.com - Otoritas Hong Kong memanfaatkan masa penguncian wilayah alias lockdown dengan melakukan tes COVID-19 massal ke 7.000 orang penduduk.
Dilansir ANTARA, kebijakan lockdown di distrik Kowloon akhirnya dicabut pada Senin (25/1) dini hari pasca tes Covid-19 massal selesai.
Pemerintah pada Sabtu (23/1) mendirikan 51 stasiun pengujian sementara dan menemukan 13 kasus COVID yang dikonfirmasi di daerah Kowloon yang dikunci yang merupakan rumah bagi banyak rumah susun yang menua, di mana penyakit dapat menyebar lebih cepat.
"Bisnis di daerah itu terpukul keras dan terhenti," kata pemerintah dalam sebuah pernyataan.
Baca Juga: China Mau Lockdown Lagi, Harga Minyak Dunia Langsung Merosot
Lockdown memang menimbulkan rasa tidak nyaman. Di sisi lain, aturan ini penting dilakukan demi mencegah penularan virus lebih luas.
"Pemerintah berharap ketidaknyamanan sementara ini benar-benar dapat memutus rantai transmisi lokal COVID-19 di distrik tersebut dan meredakan kekhawatiran dan ketakutan warga, sehingga mereka mendapatkan kembali kepercayaan untuk melanjutkan kegiatan sosial dan bisnis di daerah tersebut, dan kembali ke kehidupan normal," demikian pernyataan pemerintah Hong Kong.
Penguncian di lingkungan Yordania, yang terletak di seberang pelabuhan dari pusat kawasan bisnis Hong Kong, adalah tindakan pertama yang diberlakukan di kota pusat keuangan global itu sejak wabah COVID-19 terjadi.
Pada Minggu (24/1), pemerintah Hong Kong melaporkan 76 kasus infeksi virus corona, sehingga total kasus COVID-19 menjadi 10.086, dan 169 orang telah meninggal akibat penyakit tersebut.
Otoritas Hong Kong telah mengambil langkah-langkah agresif untuk mengekang penyebaran virus corona baru, termasuk larangan makan di restoran setelah pukul 06.00 sore dan penutupan sejumlah fasilitas umum, seperti pusat kebugaran, tempat olahraga dan salon kecantikan.
Baca Juga: Begini Suasana Klub Malam di Wuhan yang Kembali Ramai
Sebagian besar warga Hong Kong memakai masker saat keluar rumah dan berpergian di kota itu.