Hand Sanitizer Tingkatkan Kasus Luka Bakar Kimia pada Anak-anak

Sabtu, 23 Januari 2021 | 17:18 WIB
Hand Sanitizer Tingkatkan Kasus Luka Bakar Kimia pada Anak-anak
Ilustrasi Anak Pakai Hand Sanitizer. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penggunaan hand sanitizer, cairan yang populer sejak adanya pandemi virus corona Covid-19, ternyata telah menyebabkan epidemi luka bakar kimiawi pada anak-anak di Prancis.

Berdasarkan data dari Pusat Kontrol Prancis (PCC), kasus tersebut naik sebanyak tujuh kali lipat dan anak-anak yang mengalaminya dilaporkan memiliki jejak hand sanitizer di mata mereka.

Pada 2019, cairan pembersih tangan hanya menyumbang' 1,3% kasus dari semua insiden paparan bahan kimia terhadap mata di kalangan anak-nak. Sedangkan pada akhir 2020, angka tersebut baik 9,9%.

Tidak hanya itu, pada 2019 pun hanya ada satu balita yang membutuhkan rawat inap, dan pada 2020, 16 anak dirawat di rumah sakit karena paparan bahan kimia tersebut.

Baca Juga: Tak Sengaja Makan Petasan Banting, Mulut Wanita Ini Alami Luka Bakar Kimia

Dalam studi terpisah, ada dua kasus yang sama di India. Bedanya, insiden di negara ini lebih serius meski keduanya dapat disembuhkan setelah perawatan.

Hand sanitizer (Pixabay/sweetlouise)
Hand sanitizer (Pixabay/sweetlouise)

Kasus-kasus ini dicatat dalam jurnal JAMA Ophthalmology dan diterbitkan Kamis (21/1/2021) kemarin.

Hand sanitizer memang sangat berbahaya untuk mata karena mengandung alkohol berkonsentrasi tinggi dan dapat membunuh sel-sel tertentu di kornea, lapor Live Science.

Anak-anak kecil rentan dengan cedera semacam ini karena bisa secara tidak sengaja terkena semprotan botol atau tanpa disadari menggosok mata setelah mengoleskan cairan kimia tersebut ke tangan.

Peneliti memperkirakan risiko terbesar bagi anak-anak justru botol pembersih tangan di tempat umum yang biasanya diletakkan di ketinggian mata anak kecil.

Baca Juga: Kebakaran di Cimuning Bekasi: 3 Tewas, 2 Alami Luka Bakar Serius

"Anak-anak secara alami ingin tahu dan meniru orang dewasa. Dengan meluasnya penggunaan cairan pembersih tangan di tempat umum, tidak mengejutkan jika anak kecil juga akan tertarik melakukannya juga," kata Kathryn Colby, dokter mata Universitas New York yang ikut menganalisis jurnal.

Colby menambahkan ketika kontak itu terjadi, konsekuensinya bisa jadi tidak menyenangkan.

Contoh kasusnya, seorang balita berusia empat tahun terkena semprotan cairan pembersih tangan di matanya di sebuah toko. Keesokan harinya ia dilarikan ke rumah sakit akibat kelopak mata bengkak.

Balita itu mengalami kerusakan pada jaringan bagian dalam kelopak mata dan kornea. Untungnya, kondisi itu sembuh setelah matanya dicuci dengan larutan garam dan mendapat obat tetes mata yang diresepkan.

Untuk menghindari masalah ini, para peneliti menyarankan untuk tetap mencuci tangan dengan sabun dan air, yang lebih efektif daripada cairan pembersih tangan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI