Studi Brasil Bantah Keampuhan Obat Artritis untuk Pasien Covid-19 Parah

Sabtu, 23 Januari 2021 | 06:10 WIB
Studi Brasil Bantah Keampuhan Obat Artritis untuk Pasien Covid-19 Parah
Ilustrasi pasien menggunakan alat bantu pernapasan. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebuah studi asal Inggris menyatakan bahwa mengobati pasien Covid-19 kritis menggunakan obat-obatan yang biasanya digunakan untuk artritis atau radang sendi bisa meningkatkan kelangsungan hidup pasien secara signifikan.

Bertentangan dengan studi tersebut, sebuah penelitian baru-baru ini justru menunjukkan bahwa merawat pasien Covid-19 parah dengan obat artritis tocilizumab bersamaan dengan pengobatan standar tidak lebih baik dibanding pengobatan dengan perawatan standar saja.

Sayangnya, studi yang dilakukan peneliti di Universidade Federal de Sao Paulo, Brasil, ini segera dihentikan lantaran adanya peningkatan jumlah kematian di antara pasien yang menerima obat tersebut.

Peningkatan jumlah kematian ini terjadi selama 15 hari saat pasien Covid-19 parah menerima tocilizumab, lapor The Health Site.

Baca Juga: 25 Tenaga Kesehatan Positif Covid-19, Begini Kondisi Puskesmas Kratonan

Peneliti mengatakan efek kontradiktif ini perlu dinilai dalam penelitian selanjutnya.

Ilustrasi obat Benadryl (Pexels)
Ilustrasi obat radang sendi (Pexels)

Apa yang Terjadi Selama Uji Klinis?

Peneliti menjelaskan bahwa mereka melakukan uji klinis dengan membandingkan pengobatan kombinasi tocilizumab dan perawatan standar dengan hanya perawatan standar saja pada pasien Covid-19 parah atau kritis.

Studi dilakukan pada 129 orang dewasa dengan usia rata-rata 57 tahun yang tersebar di 9 rumah sakit di Brasil. Mereka dirawat antara 8 Mei hingga 17 Juli 2020.

Pasien secara acak dibagi menjadi dua kelompok, yakni 65 orang menerima tocilizumab plus perawatan standar, dan 64 yang menerima perawatan standar saja.

Baca Juga: Dr Fauci Sebut Kasus COVID-19 di Amerika Serikat Beranjak Stabil

Faktor-faktor lain, seperti penyakit komorbid dan penggunaan obat lainnya diperhitungkan. Semua pasien dipantau selama 15 hari.

Peneliti menemukan hampir 18 pasien dalam kelompok tocilizumab dan sekitar 13 pasien dalam perawatan standar terpaksa diberi bantuan ventilasi mekanis. Beberapa pasien tersebut dinyatakan meninggal.

Selain itu, beberapa pasien Covid-19 parah yang diberi obat radang sendi juga menderita gagal napas akut atau acute respiratory distress syndrome (ARDS) maupun disfungsi organ. Beberapa dari pasien ini meninggal juga karena komplikasi tersebut.

Meski begitu, peneliti mengakui bahwa ukuran sampel dari studi mereka kecil sehingga dapat memengaruhi kemungkinan deteksi efek yang sebenarnya.

Namun, peneliti tetap menyimpulkan bahwa perawatan Covid-19 parah dengan obat radang sendri tidak lebih baik dari pengobatan standar saja dalam 15 hari.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI