Suara.com - Zat besi merupakan salah satu nutrisi yang dibutuhkan tubuh untuk mencegah kondisi kekurangan sel darah merah atau anemia. Zat besi bisa berasal dari sayuran ataupun makanan hewani seperti daging, telur, dan ikan.
Meskipun sama-sama mengandung zat besi, Guru Besar Ilmu Gizi Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI) Prof dr Endang L Achadi, MPH, Dr PH mengatakan zat besi yang berasal dari pangan hewani lebih baik dibanding dari sayuran atau pola makan nabati.
Hal ini karena kandungan zat besi pada sayuran lebih sulit diserap tubuh, sehingga zat besi yang terserap sangat sedikit dan tidak bisa memenuhi kebutuhan harian.
"Memang banyak makanan nabati non daging yang mengandung zat besi, tetapi itu sulit sekali diserap, penyerapannya membutuhkan beberapa puluh kali lipat dibandingkan zat besi pada pangan hewani," ujar Prof. Endang dalam acara Temu Media Hari Gizi Nasional ke-61 Kemenkes, Jumat (22/1/2021).
Baca Juga: Selain Cegah Anemia, Ini Pentingnya Zat Besi untuk Ibu Menyusui
Jika kekurangan zat besi ini terjadi setiap hari, dan jika dibiarkan terus menerus, maka bisa memicu kekurangan zat besi kronis yang bisa menyebabkan anemia.
"Awal kekurangan terjadi sedikit lebih sedikit, lama-lama jadi anemia karena pengeluaran bertambah, pemasukan berkurang. Kalau terjadi seperti itu bukannya nambah malah defisit," jelas Prof. Endang.
Pola makan berbasis nabati atau tumbuh-tumbuhan adalah pola makan mayoritas penduduk Indonesia, dan itulah penyebab terjadinya kebanyakan kasus anemia di Indonesia.
"Di Indonesia karena pola makan pangan hewani itu lebih rendah dibanding pola nabati dari tumbuh-tumbuhan, maka secara kronis setiap hari terus menerus kita kekurangan asupan zat besi," pungkas Prof. Endang.
Baca Juga: Jangan Anggap Sepele, Ini Bahaya Anak Kekurangan Zat Besi