33 Lansia Norwegia Meninggal Usai Divaksin Covid-19 Pfizer, Bagaimana RI?

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Selasa, 19 Januari 2021 | 19:15 WIB
33 Lansia Norwegia Meninggal Usai Divaksin Covid-19 Pfizer, Bagaimana RI?
Vaksin Pfizer. (Anadolu Agency/Tayfun Coşkun)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebanyak 33 orang lansia di Norwegia dinyatakan meninggal usai mendapatkan vaksin Covid-19 Pfizer. Tentunya hal ini menjadi sorotan seluruh dunia yang kini tengah dan akan memulai program vaksinasi.

Tapi baru-baru ini, otoritas Kesehatan Masyarakat Norwegia telah menyatakan bahwa tidak ada hubunga antara vaksin Pfizer / BioNTech dan kematian orang lanjut usia yang telah divaksinasi.

Dilansir dari Euro News, dalam laporannya mereka juga merekomendasikan evaluasi medis sebelum memvaksinasi orang tua dan sangat rapuh.

Sejak dimulainya kampanye vaksinasi pada akhir Desember, negara Skandinavia tersebut telah mencatat 33 kematian orang lanjut usia yang menerima dosis pertama, menurut penghitungan terbaru dari pihak berwenang.

Baca Juga: Warga Berusia Muda Masih Mendominasi Kasus Harian Covid-19 Balikpapan

Ilustrasi vaksin Covid-19. [Shutterstock]
Ilustrasi vaksin Covid-19. [Shutterstock]

Di antara 13 kasus yang dipelajari lebih dekat sejauh ini, direktur otoritas kesehatan masyarakat Norwegia, Camilla Stoltenberg mengatakan bahwa semua adalah orang yang sangat tua, lemah dan menderita penyakit serius.

“Mengenai penyebab kematiannya belum ada analisis,” ujarnya juga.

"Yang paling penting adalah untuk mengingat bahwa ada 45 orang yang meninggal setiap hari di fasilitas medis di Norwegia. Jadi tidak ditetapkan bahwa ada angka kematian yang berlebihan atau terkait dengan vaksin."

Lantas bagaimana memahami situasi ini? Terlebih Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin sempat menyebut bahwa lansia akan mendapatkan vaksin Covid-19 Pfizer.

Epidemiolog dari Centre for Environmental and Population Health di Griffith University di Australia Dicky Budiman mengatakan bahwa yang mestinya menjadi sorotan ialah pemberian persetujuan dan kehati-hatian sebelum melakukan Vaksin Covid-19.

Baca Juga: Aisyah Bocah 10 Tahun Jadi Yatim Piatu Usai Ibu Meninggal Covid-19

"Bahwa ini berarti mekanisme seleksi informed consent kehati-hatian pada lansia tidak dilakukan dengan memadai. jadi mereka gagal untuk memilih mana yang layak dan tidak layak menerima vaksin Covid-19," kata Dicky pada Suara.com, Selasa, (19/1/2021).

Kejadian di Norwegia menurut Dicky menjadi sebuah pesan yang kuat bagi pemerintah Indonesia untuk lebih hati-hati dalam memilih populasi yang akan divaksinasi.

Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) juga mengularkan tentang daftar orang dengan komorbiditas yang tidak boleh divaksin," kata Dicky.

Ia mempertegas, bahwa anjuran dari PAPDI itu bukan berarti orang dengan kondisi kesehatan tertentu itu tidak boleh sama sekali menerima vaksin.

"Tapi dalam aspek kehati-hatian, dalam situasi pandmei seperti ini, kita perlu memilih kelompok yang paling minimal risiko efek sampingnya dan berdampak merugikan pada penerima," ujar Dicky menegaskan.

Dengan dikecualikannya daftar orang dengan kondisi penyakit tertentu itu, diharapkan bahwa program vaksinasi itu akan berlangsung lebih aman dan tidak ada efek samping yang berarti.

Lebih jauh, Dicky mengatakan bahwa otoritas kesehatan di Indonesia, dalam hal ini ialah Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), harus mencerna dan mempelajari lebih dalam data yang diterbitkan oleh Norwegia.

"Sehingga untuk pemantauannya saya mengusulkan untuk kita melihat tiga atau bahkan enam bulan pasca surveilence itu," ujar Dicky.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI