Pakar Imunologi Jelaskan Pentingnya Skrining Sebelum Vaksinasi Virus Corona

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Selasa, 19 Januari 2021 | 16:26 WIB
Pakar Imunologi Jelaskan Pentingnya Skrining Sebelum Vaksinasi Virus Corona
Relawan menjaga jarak saat mengantre untuk menjalani vaksinasi Covid-19 dalam simulasi di Puskesmas Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (18/11/2020). [ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sejumlah pemeriksaan awal alias skrining dilakukan kepada calon penerima vaksin Covid-19. Salah satu hal yang ditanyakan adalah riwayat kesehatan, termasuk apakah mengidap penyakit tidak menular.

Kepala Divisi Alergi Imunologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM Yogyakarta, dr. Deshinta Putri Mulya, M.Sc., Sp.PD, KAI(K), mengatakan skrining penting demi menghindari adanya Kondisi Ikutan Pasca Imunisasi alias KIPI.

"Memang pada vaksinasi, harus wawancara dulu, dia ada alergi atau tidak terhadap komponen vaksin. Memang harus dibicarakan dulu. Tetapi kalau pun ada KIPI, pemerintah sudah membuat skema pelaporan. Jangan khawatir, Anda divaksin tetap dilindungi," papar Deshinta dalam diskusi bersama Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM Yogyakarta, dikutip dari VOA Indonesia.

Mereka yang dipastikan tidak bisa menerima vaksin kali ini adalah yang mengalami kondisi seperti autoimun, ginjal kronis dan wanita hamil.

Baca Juga: Vaksinasi COVID-19 Tergolong Imunitas Aktif, Bisa Bertahan Tahunan

Jika sedang demam dengan suhu 37,5 derajat Celcius atau lebih, vaksinasi ditunda hingga sembuh. Penderita demam juga harus terbukti tidak terinfeksi Covid-19 serta dilakukan skrining ulang pada kunjungan vaksin berikutnya.

Pada orang-orang dengan penyakit TBC, hipertensi, diabetes, HIV dan lainnya dapat diberikan vaksin namun harus dalam kondisi terkontrol.

Pasien TBC dalam pengobatan bisa menerima vaksin minimal dua minggu setelah mendapat obat anti tuberkulosis. Pasien DM tipe 2 terkontrol dan HbA1C dibawah 58 mmol/mol atau 7,5 persen dapat diberikan vaksin.

Sedangkan pasien dengan HIV, jika angka CD4 < 200 atau tidak diketahui maka vaksinasi tidak dapat diberikan.

Perhatian besar wajib diberikan kepada mereka yang memiliki kondisi alergi dan lebih jauh lagi, asma.

Baca Juga: Vaksinasi COVID-19 Juga Berguna Bagi yang Tidak Ikut Disuntik

Mereka yang alergi penting untuk berkonsultasi kepada dokter untuk mengetahui, apakah komponen vaksin akan memberikan reaksi negatif.

"Kalau ada alergi terhadap komponen tersebut, maka sebaiknya harus berhati hati. Menurut saya, nakes-nakes yang di lapangan harus berhati-hati," tambah Deshinta.

Uji alergi penting dilakukan, dan vaksin bisa dilakukan setelah dipastikan penerima vaksin akan aman terhadap komponennya. Setiap kasus akan sangat berbeda dan karena itu harus dilihat juga dengan tindakan yang berbeda.

Secara umum, mereka yang memiliki alergi apapun sebaiknya menjalani pemeriksaan awal dahulu, sebelum memutuskan menerima vaksin Covid 19.

Namun sejauh ini, kata Deshinta, berdasar jurnal yang ada, dari fase uji klinis 1, 2 dan 3 belum ditemukan reaksi berat.

Dalam sedikit kasus terjadi reaksi lokal dan sistemik, berupa nyeri, demam, atau sakit pada sendi. Karena itulah, memang sudah menjadi prosedur agar penerima vaksin tidak langsung meninggalkan fasilitas kesehatan.

Jika ada efek samping, tenaga kesehatan akan membuat laporan dan melakukan investigasi, karena tidak semua reaksi yang muncul, kata Deshinta, berhubungan dengan vaksinasi itu sendiri.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI