Anak Indonesia Kurang Zat Besi, Generasi Emas Bisa Jadi Cuma Mimpi

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Senin, 18 Januari 2021 | 16:50 WIB
Anak Indonesia Kurang Zat Besi, Generasi Emas Bisa Jadi Cuma Mimpi
Anak kekurangan zat besi. (Dok: Danone)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Indonesia akan genap berusia 100 tahun tepat pada tahun 2045 mendatang. Menjelang usia satu abad itu, Indonesia diproyeksikan akan mengalami bonus demografi yang dipercaya menjadi kunci untuk menuju Generasi Emas Indonesia.

"Ada alasan kuat kita harus optimistis bahwa Indonesia akan menjadi negara maju tepat pada saat bangsa ini berumur satu abad. Alasannya, ialah karena penduduk Indonesia saat itu akan mengalami bonus demografi," ungkap Wakil Presiden Ma'ruf Amin, saat membuka Rapat Pimpinan Nasional Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama, secara online beberapa waktu lalu.

Namun, Generasi Emas 2045 seperti yang dicita-citakan Wapres Ma'ruf Amin bisa jadi tinggal mimpi jika banyak anak Indonesia saat ini mengalami kekurangan zat besi.

Hal itu terbukti, dalam Riset Kesehatan Dasar 2018, disebutkan bahwa satu dari tiga anak Indonesia anak Indonesia berusia di bawah lima tahun tercatat mengalami anemia. Padahal, menurut penelitian Grantham-MCGregor S tahun 2010, 50 hingga 60 persen kejadian anemia disebabkan oleh kekurangan zat besi.

Baca Juga: Balita Diberi Campuran Telur Mentah dan Susu, Ibu Ini Diprotes Warganet

Makanan mengandung tinggi zat besi. (Shutterstock)
Makanan mengandung tinggi zat besi. (Shutterstock)

“Tercapai atau tidaknya mimpi bangsa terkait Generasi Emas 2045 tersebut ditentukan oleh kualitas anak-anak yang saat ini masih balita,” ujar Corporate Communications Director Danone Indonesia, Arif Mujahidin dalam diskusi virtual bertajuk, “Kekurangan Zat Besi Sebagai Isu Kesehatan Nasional di Indonesia dan Dampaknya Terhadap Kemajuan Anak Generasi Maju” pada 17 Desember 2020 lalu.

"Sayangnya, satu dari tiga balita Indonesia, yang nantinya akan menjadi penggerak generasi maju, berisiko menghadapi tantangan tumbuh kembang yang bersifat permanen akibat dari kekurangan zat besi. Sehingga, dapat menghambat upaya untuk berprestasi bagi negeri," kata Arif menambahkan.

Dalam kesempatan yang sama, Dokter Spesialis Gizi Klinik dan Ketua Departemen Ilmu Gizi Klinik FKUI, dr. Nurul Ratna Mutu Manikam, M.Gizi, SpGK, juga mengatakan bahwa zat besi memiliki peran penting pada tubuh anak, terutama untuk mendukung tumbuh kembangnya.

Nurul menjelaskan, bahwa asupan zat besi yang tidak adekuat dapat menyebabkan menurunnya kecerdasan, fungsi otak, dan fungsi motorik anak sehingga dalam jangka panjang. Kondisi itu dapat berakibat menurunnya performa di sekolah, perubahan atensi dan sosial akibat tidak tanggap terhadap lingkungan sekitar, serta perubahan perilaku pada anak.

Infografis kekurangan zat besi. (Dok: Danone)
Infografis kekurangan zat besi. (Dok: Danone)

“Salah satu penyebab utama terjadinya kekurangan zat besi adalah kurangnya konsumsi asupan makanan kaya zat besi, terutama dari sumber hewani seperti daging merah, hati, ikan, dan ayam. Jika tidak ditangani, gangguan ini bisa jadi permanen," kata Nurul.

Baca Juga: Selain Cegah Anemia, Ini Pentingnya Zat Besi untuk Ibu Menyusui

Sementara itu, Psikolog Anak dan Keluarga Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si. juga menjelaskan bahwa kekurangan zat besi tidak hanya berdampak bagi pertumbuhan, tetapi juga pada perkembangan anak.

"Kondisi ini menghambat kemampuan anak untuk berkonsentrasi. Padahal jika konsentrasi tidak optimal, maka daya tangkap anak menurun, daya ingatnya kurang optimal, dan rentan mengalami masalah kognitif lain seperti kesulitan menganalisa dan mengambil kesimpulan, sulit memecahkan masalah, dan kurang kreatif," kata Anna Surti.

Anna juga melanjutkan, jika kekurangan zat gizi ini terus berlanju, kelak saat memasuki usia sekolah, anak rentan mengalami kesulitan belajar dan saat dewasa rentan jadi sulit bersaing di dunia kerja. Hambatan ini nantinya juga dapat membuat anak menjadi tidak percaya diri, murung, dan sulit bersosialisasi.

Meski demikian, kekurangan zat besi dapat dicegah dengan memberikan anak makanan yang kaya zat besi seperti daging merah, hati, ikan, ayam, bayam, dan susu pertumbuhan yang difortifikasi.

Selain itu, orang tua juga harus memperhatikan asupan vitamin C pada anak karena vitamin tersebut membantu tubuh menyerap zat besi dengan lebih baik.

 “Jeruk, stroberi, tomat, dan brokoli merupakan sumber vitamin C, dan sebaiknya dimakan bersama dengan makanan yang kaya zat besi untuk mengoptimalkan penyerapan. Tambahkan pula makanan dan minuman yang difortifikasi zat besi dan vitamin C untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi harian anak,” tambah dr. Nurul.

Lebih jauh, Arif Mujahidin juga kemnali menambahkan, bahwa dalam memastikan bahwa setiap anak Indonesia terpenuhi haknya untuk maju dan berprestasi merupakan tanggung jawab kita bersama.

"Untuk itu, Danone Specialized Nutrition (SN) Indonesia ingin mengajak orang tua untuk bisa memberikan perhatian khusus dalam memastikan kebutuhan harian gizi anak, termasuk zat besi, telah terpenuhi dan terserap dengan baik,” tambah Arif.

Salah satunya dengan menyediakan sebuah platform daring untuk membantu orang tua bisa melakukan tes risiko terjadinya kekurangan zat besi pada si Kecil melalui fitur di dalam situs www.generasimaju.co.id.

Pada situs ini, orang tua juga dapat menemukan serangkaian artikel terkait topik nutrisi termasuk kekurangan zat besi dan bagaimana cara mengatasinya, serta berbagai artikel mengenai tips untuk mendukung anak menjadi Anak Generasi Maju.

“Fitur ini diharapkan dapat membantu orang tua mendeteksi kekurangan zat besi pada anak sejak dini dan bagaimana stimulasi yang perlu dilakukan agar dapat mendukung mereka menjadi generasi maju,” tutup Arif.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI